Cerita Wayang: Gatotkaca Sewu




            Suatu negara yang dipimpin oleh seorang raja raksasa bernama Prabu Lodraparisangka. Ia baru saja dilantik, menggantikan kedudukan kakaknya, Prabu Kala Pracona, yang tewas saat bertempur melawan Gatotkaca di Suralaya. Kala Pracona kala itu sedang marah akibat lamarannya terhadap Batari Supraba ditolak. Ia kemudian menyerang Suralaya, negeri para dewa. Namun, para dewa tidak ada yang sanggup menandingi kesaktian raja lalim tersebut. Oleh karena itu, Dewata harus meminta bantuan seorang manusia biasa namun sakti, yaitu Gatotkaca. Akhirnya, Kala Pracona tewas oleh Gatotkaca.
            Kini, ia sedang merenungkan cara membunuh Gatotkaca. Ia masih menyimpan dendam kepada Gatotkaca yang telah membunuh kakaknya.
            Pada suatu hari, patihnya, Kalasrenggi, datang. “Mohon maaf bila saya mengganggu, Gusti. Sejak beberapa hari ini saya lihat Gusti selalu murung, padahal baru dilantik menjadi raja. Ada apa ya, Gusti, kalau saya boleh tahu?“
            “Paman Patih, kau pun tahu, walaupun aku telah menduduki singgasana, hidup mewah pula, makan dan minum telah tersedia. Namun, bila belum dapat memusnahkan yang namanya Gatotkaca rasanya hatiku belum puas, Paman.“
            “Hm, iya, iya, saya mengerti Gusti. Saya pun rasanya ingin membalas kematian Gusti Kala Pracona terhadap Gatotkaca. Namun sayang, saya belum pernah bertemu muka si Gatotkaca itu, Gusti.“
            Tiba-tiba, ada seorang pengawal datang kepada Prabu Lodraparisangka. “Gusti Prabu, ada tamu dari Hastinapura, ingin bertemu Gusti.“
“Dari Hastina? Siapa-siapa saja? Suruh mereka masuk!“
Saat itu yang datang ialah Arya Sangkuni, Resi Dorna, Aswatama, Jayadhrata, Dursasana bersama beberapa Kurawa lainnya. “Sampurasun Ananda Prabu Lodraparisangka, kedatangan kami kemari ialah sebagai utusan Ananda Prabu Duryudhana untuk meminta bantuan Ananda Prabu,“ Arya Sangkuni memulai pembicaraan.
“Hm, bantuan apa Paman?“
“Begini, Ngger. Ananda Prabu Duryudhana sedang merencanakan untuk menculik Prabu Yudhistira. Nah, untuk itu, beliau meminta bantuan Ananda Prabu. Bagaimana, Ngger, bisakah?“
“Hahaha! Kalau dibilang bisa ya bisa. Sanggup ya sanggup. Tetapi apakah di Hastinapura tidak ada yang sanggup?“
“Ya begitulah, Ngger. Kalau untuk menculik seorang Prabu Yudhistira saja sebenarnya itu soal mudah. Tetapi Ananda Prabu pun tahu, Prabu Yudhistira itu dijaga oleh adik-adik dan keponakannya. Terutama yang paling sakti dan kami segani yaitu Gatotkaca. Kalau berhasil akan dihadiahi Dewi Lesmanawati lho, Ngger.“
“Walah?! Gatotkaca?! Hahahaha, baiklah saya akan coba, Paman.“
“Hehehe, terimakasih, Ngger. Paman tunggu ya Ngger.“ Tamu-tamu dari Hastina tersebut kembali kenegaranya. Prabu Duryudhana merencanakan penculikan Prabu Yudhistira, sepupunya sendiri. Nantinya akan ditangkap dan dibunuh, agar musuh abadinya lenyap, sehingga tidak akan ada lagi yang mengganggunya.
            Kemudian, Prabu Lodraparisangka memerintahkan Patih Kalasrenggi untuk pergi ke Indraprasta. “Paman Patih, sekarang juga paman pergi ke Indraprasta! Culik Prabu Yudhistira, bawa ke sini!“ Prabu Lodraparisangka tidak sabar, saat itu juga ia memerintahkan patihnya untuk mencari Prabu Yudhistira, lalu menculiknya. Sebaliknya, Patih Kalasrenggi bingung karena dia belum tahu di mana letak negeri Indraprasta tersebut. Tetapi, demi ketaatan kepada Sang Prabu, ia tetap menjalankan perintahnya.
Kita beralih ke tempat lain, tempat dimana Gatotkaca bermukim, yaitu Pringgadani. Ratu Arimbi, ibu Gatotkaca, cemas karena suaminya sudah lama tidak pulang. Dia khawatir dengan keadaan negara. Selain itu, ia merasa negaranya sedang terancam bahaya. Maka, ia memanggil putranya, Gatotkaca, untuk meronda di sekiar wilayah Pringgadani, siapa tahu ada penyusup.
Gatotkaca pun terbang bagaikan kilat menyambar ke angkasa, melewati awan-awan putih. Udara sedang cerah. Dia melihat sekelilingnya. Dilihatnya aman-aman saja. Tiba-tiba, matanya tertuju pada suatu benda yang melayang-layang di angkasa. Setelah mendekati benda tersebut, ternyata adalah seorang raksasa. Dialah Kalasrenggi yang tersesat. “Wahai raksasa! Siapa namamu dan apa maksudmu menyelinap ke daerahku?!“ Kalasrenggi tersentak kaget, tidakmenyangka ada orang yang sedang mengintainya. “Eh, maaf. Saya tersasar. Saya Kalasrenggi, utusan Prabu Lodraparisangka, diperintahkan raja saya untuk menculik Prabu Yudhistira di Indraprasta.“
Gatotkaca menimpali, “Hm, kalau begitu kebetulan, aku keponakan Prabu Yudhistira. Maka, kau harus langkahi dulu mayatku sebelum menculiknya.“ Begitu selesai bicara, Gatotkaca langsung menyambar Kalasrenggi. Blarr!! Kalasrenggi terpental jauh, sampai jatuh ke tanah. Gatotkaca menyusul. Di tanah, ia tidak memberi kesempatan kepada Kalasrenggi, ia langsung menghantamkan lagi pukulan bertubi-tubi. Namun, tiba-tiba Kalasrenggi menghilang.
Ternyata Kalasrenggi masuk ke dalam tanah, bersembunyi ketakutan. Tanpa disadari, ia diintai oleh seseorang. Sekujur tubuhnya dipenuhi sirip, seperti naga. Tubuhnya sekekar Gatotkaca. Wajahnya pun tak jauh beda, seperti saudara kandung. Ternyata benar, dialah Antareja, kakak Gatotkaca. Ia lahir dari Dewi Nagagini, sedangkan Gatotkaca putra Arimbi. Ia diminta bantuan Gatotkaca ketika adiknya itu kehilangan jejak Kalasrenggi. Kini, ia kira telah menemukan orang yang dicarinya.
“Hahaha, Kakasrenggi. Datanglah kemari, Kalasrenggi.“ Kalasrenggi kembali kaget, setelah diatas awan tadi. Ternyata tidak ada tempat bersembunyi untuknya. Selalu saja ada orang yang mengetahui, dari atas awan sampai bawah tanah.
“Hei, siapa kau, tahu namaku?“
“Kau tak perlu tahu namaku, Kalasrenggi. Pokoknya aku ini seorang resi. Aku bisa menunjukkanmu jalan ke Indraprasta.“ Kalasrenggi tergiur. Akhirnya ia bertemu seorang yang dapat menunjukkannya jalan ke Indraprasta. Ia pun berjalan mendekati Antareja, dengan penuh keyakinan akan mendapat petunjuk jalan.
“Hm, Kalasrenggi. Aku akan memberi tahumu jalan ke Indraprasta. Namun, sebelumnnya, kau harus menutup mata dahulu, supaya benar-benar memahami apa yang aku sampaikan dan … “ Dharr!! Antareja memukul Kalasrenggi sekuat tenaga. Kalasrenggi terguling beberapa langkah.
Secepat kilat dia langsung menggebrak lagi Kalasrenggi yang sedang sempoyongan. Namun, Kalasrenggi kembali menghilang.
Kalasrenggi kabur ke atas permukaan. Antareja mengejarnya. Namun, tiba-tiba terlihat Gatotkaca di depannya. Kalasrenggi panik. Ia sudah tidak bisa apa-apa lagi. Maka, dengan sisa kekuatan, ia melawan dua ksatria putra Bima tersebut. Pada suatu kesempatan, pukulan Gatotkaca menewaskan Kalasrenggi. Kepalanya sampai terpisah dari badannya.
            Di Gilingwesi, Prabu Lodraparisangka meminta adiknya Lodrawati, bersama abdinya Togog Wijomantri, untuk menyusul Kalasrenggi, karena patihnya itu tidak pulang jua. Perlu diketahui bahwa Togog Wijomantri sebenarnya adalah kakak dari Semar Badranaya. Namun, perilakunya sangat bertolak belakang. Kalau Semar selalu mengabdikan dirinya kepada orang-orang protagonis, seperti Prabu Arjuna Sasrabahu, Prabu Sri Rama, dan kini Pandawa; Togog mengabdikan diri kepada raja raksasa yang angkara murka bersama anak angkat yang selalu setia mendampinginya, Bilung. Memang ayahnya, Sanghyang Tunggul memberikan tugas demikian kepada Togog, namun pengabdiannya itu digunakan untuk mengarahkan mereka ke jalan yang lurus. Namun, Togog malah menyeleweng dari tugas murninya itu.
Sementara itu, di tempat lain, dimana bermukim seorang petapa bernama Resi Dupayasa. Sang Resi telah banyak dikenal oleh banyak orang, baik dari penduduk setempat pertapaan maupun ksatria-ksatria. Banyak yang berguru kepadanya, termasuk Adipati Arjuna, panengah Pandawa yang terkenal hampir seantero dunia pewayangan. Telah lama Arjuna meninggalkan saudara-saudaranya di Indraprasta, untuk menimba ilmu kepada Resi Dupayasa. Saat itu, Arjuna berpikir untuk pulang kepada saudara-saudaranya. Telah cukup banyak ilmu yang didapat dari Sang Resi tersebut. Maka dari itu, Arjuna memanggil para punakawan, untuk berpamitan kepada Resi Dupayasa untuk pulang.
Di tengah jalan, mereka melihat sepasukan tentara yang dipimpin oleh seorang raksesi yang tak lain adalah Lodrawati yang sedang menuju Indraprasta. Arjuna meminta Gareng, Petruk, dan Bagong untuk menyelidiki keadaan. Mereka berjalan menuju pasukan tersebut. Mereka mengenalkan diri mereka sebagai pengungsi. Namun, entah mengapa, Lodrawati menyuruh pasukannya menangkap mereka. Terjadilah pertempuran. Gareng, Petruk, dan Bagong masih bisa mengimbangi pasukan Gilingwesi.
Arjuna dan Semar merasa cemas karena Gareng, Petruk, dan Bagong belum kembali juga. Mereka terkejut melihat pertempuran tidak seimbang antara Gareng, Petruk, dan Bagong, dengan tentara Gilingwesi. Mereka lekas menuju tempat pertempuran. Dengan bantuan Arjuna dan Semar, pasukan Gilingwesi jadi kalang kabut. Pada suatu ketika, Lodrawati hendak menerkam Gareng dari belakang. Arjuna melihat gelagat yang tidak baik, dia langsung mencabut keris Pulanggeni-nya.
Pada suatu ketika, Lodrawati hendak memukul kepala Gareng dari belakang. Arjuna melihat hal tersebut, dan mengeluarkan keris Pulanggeni. Seketika Lodrawati terkejut begitu melihat Pulanggeni. Ia langsung terbang ke angkasa. Melihat pemimpinnya pergi, pasukan Gilingwesi langsung mengambil langkah seribu. Kemudian, Arjuna bersama para Punakawan melanjutkan kembali perjalanannya. Ternyata, Lodrawati mengintai dari balik awan.
Sementara itu, di Indraprasta, keempat Pandawa dan Sri Kresna sedang berkumpul. Mereka mencemaskan keadaan Arjuna yang sudah lama tidak pulang. Sejenak Kresna melihat ke Aji Gambar Lopian, “Arjuna dan para punakawan telah menuju pulang. Tetapi, ada seorang raksesi yang mengintainya.“
“Raksesi?“ Keempat Pandawa kaget bercampur heran.
“Menurut saya, negara Indraprasta sedang terancam bahaya, maka penjagaan harus diperketat,“ sambung Sri Kresna. Pada saat itu Gatotkaca sampai di Indraprasta. “Sampurasun, Paman Batara, Paman Prabu, Rama Arya, Paman Nakula, dan Paman Sadewa, saya kemari ingin menyampaikan bahaya yang sedang mengancam Paman Prabu Yudhistira. Barusan saya bertemu Kalasrenggi, patih Gilingwesi yang ditugaskan Prabu Lodraparisangka untuk menculik Paman Prabu.“
“Menculik Yayi Prabu?! Mengapa kok tiba-tiba ingin menculik Yayi Prabu Yudhistira?“
“Saya rasa mendapat pengaruh dari seseorang, Kanda Batara,“ Bima menegaskan.
“Ya, berarti penjagaan harus diperketat,“ lanjut Kresna. Bersamaan, Arjuna telah sampai di istana Indraprasta. “Akhirnya, Yayi Arjuna sampai juga, apa kabar, Yayi?” Kresna menyapa.
“Kalau saya baik, tetapi saya mendapat kabar tidak baik.“
“Apakah ada hubungannya dengan seorang raksesi, Yayi?“
“Ada, Kanda, tadi saya terlibat pertarungan dengan sepasukan raksasa Gilingwesi dipimpin oleh Lodrawati, raksesi yang Kanda maksud tersebut. Katanya dia hendak menculik Kanda Prabu Yudhistira.“
“Raksesi itu mengikuti Yayi dari balik awan.“ Tiba-tiba terdengar ribut-ribut di luar. Ternyata para pengawal dan abdi istana dibuat porak poranda oleh sosok yang tak terlihat. Sesungguhnya sosok tersebut ialah Lodrawati yang menggunakan Aji Panglimunan. Keadaan halaman depan istana kacau balau. Para sesepuh keluar, Lodrawati langsung kabur.
Sri Kresna mengatur rencana pemerketatan penjagaan kepada Prabu Yudhistira. Maka, Kresna memanggil Gatotkaca untuk diberi sebuah ajian. Ketika dirapalkan ajian tersebut, muncul 1000 orang kembaran Gatotkaca. Ajian ini memang luar biasa. Kita tidak bisa membedakan mana Gatotkaca yang asli dengan yang palsu. Lalu, Sri Kresna memasukkan Yudhistira ke dalam cupu, lantas cupu tersebut diberikan kepada Gatotkaca yang asli. “Jagalah cupu ini baik-baik, Gatotkaca.“
“Baik, Paman Batara,“ Gatotkaca langsung keluar dari istana, berjaga-jaga di angkasa, diikuti Gatotkaca lainnya.
Ternyata, Lodrawati mengawasi kejadian tersebut. Ia bingung, sekarang upaya penculikan Prabu Yudhistira bertambah sulit. Ia tak bisa membedakan mana Gatotkaca yang asli dengan yang palsu. Ia kembali ke Gilingwesi, hendak bertanya kepada kakaknya.
Sesampainya di Gilingwesi, ia memberitakan kepada kakaknya bahwa Patih Kalasrenggi telah tewas. Selain itu, juga tentang Gatotkaca yang menjadi seribu (Gatotkaca Sewu). Prabu Lodraparisangka menyarankan agar Lodrawati berubah wujud menjadi Drupadi istri Yudhistira, agar mudah untuk mengambil cupu tersebut.
Lalu, Lodrawati pun langsung menuju Indraprasta kembali sambil mengucap mantra berubah wujud menjadi Drupadi. Seketika, ia telah berubah wujud menjadi Drupadi. Tetapi, ia masih bingung bagaimana cara membedakan Gatotkaca yang asli dengan yang palsu. Ia memperhatikan para Gatotkaca yang sangat banyak itu. Tiba-tiba ia mendapat jawabannya. Dari tadi ia perhatikan, para Gatotkaca Sewu hanya terbang berjaga-jaga saja, tidak berkomunikasi antara satu dengan yang lain, dan pasti Gatotkaca yang asli adalah Gatotkaca yang dapat berbicara. Maka, ia berpura-pura berjalan-jalan di taman, supaya nanti terlihat oleh Gatotkaca yang asli, lalu ditegur.
Ternyata, strategi Lodrawati berhasil. Mata Gatotkaca asli tiba-tiba tertuju pada seseorang yang sedang berjalan-jalan di bawah. Gatotkaca langsung menukik ke bawah, menyentuh tanah. “Ada apa Bibi Dewi, tidak biasanya berjalan-jalan?“ Tanya Gatotkaca bingung.
“Yah, sekedar mengirup udara segar, sudah lama tidak seperti ini. Oya, saya dengar Pamanmu Yudhistira sedang dimasukkan ke dalam cupu untuk memperketat pengamanan, yah?“
“Benar, Bibi Dewi.“
“Aku sarankan lebih baik cupu itu diberikan saja kepadaku, karena keberadaannya terancam jika berada di tanganmu, misalnya kamu mendapat musibah.“
“Benar juga pendapat Bibi Dewi. Ya sudah, cupu ini saya percayakan kepada Bibi Dewi,“ sambil memberi cupu itu kepada Drupadi palsu. Namun, Drupadi palsu tersebut tiba-tiba menghilang. Bisa dibayangkan betapa terkejutnya Gatotkaca. Dari tadi ia tidak menaruh rasa curiga kepada Drupadi palsu tersebut. Ia merasa tertipu. Tetapi ia belum tahu siapa yang menipunya tersebut. Dengan rasa takut, ia harus mengadukan kejadian ini kepada ayahnya.
Gatotkaca masuk ke dalam istana mencari ayahnya. Saat itu Bima sedang bercengkerama dengan Prabu Sri Kresna. Tiba-tiba Gatotkaca datang dengan tergesa-gesa dan gelisah. “Yoy, Gatot. Ada apa, seperti orang dikejar setan saja.“
“Sebelumnya saya minta maaf, Rama.“
“Ada apa, Gatot? Cepat katakan!“
“Cupu yang menyimpan Paman Prabu hilang, Rama.“
“Hilang? Bagaimana bisa hilang? Kau ini tidak becus!“ Bima hendak memukul putranya tersebut. Namun, ia dihadang oleh Sri Kresna.
“Yayi Arya, sabarlah. Jangan tergesa-gesa, nantikau menyesal, Yayi.”
“Aku tidak akan menyesal!“
“Yayi, sabarlah, Yayi. Sekarang biarkan Gatot mencari orang yang mengambil cupu tersebut dulu.“
“Hmm, yo wis. Tapi awas, bila tidak ketemu!“ Gatotkaca berpamitan kepada ayahnya dan Sri Kresna. Ia melesat secepatnya ke angkasa. Ia masih bingung ke mana harus mencari cupu tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju pada dua orang raksasa yang tampak sedang tersesat. Ia langsung menukik turun ke bumi, menghampiri raksasa-raksasa tersebut.
“Kalian siapa,dari mana?“
“Ampun, Gusti. Kami prajurit Gilingwesi yang tersesat, Gusti.“
“Hmm, mengapa bisa tersesat?“
“Kami terpisah dari pasukan, Gusti.“
“Mengapa bisa terpisah?“
“Saat itu kami sedang terlibat pertarungan dengan Raden Arjuna dan para punakawan. Tak tahu mengapa, pemimpin kami, Lodrawati, kabur. Maka, kami, para prajurit juga mengambil langkah seribu.“
“Hmm, mengapa bisa terlibat perkelahian dengan Raden Arjuna?“
“Kami berpapasan dengan Raden Arjuna di perjalanan. Entah kenapa Gusti Lodrawati menyatakan perang.“
“Hmm, baiklah. Terimakasih atas pemberitahuannya.“ Gatotkaca kembali terbang ke udara. Dalam hatinya, ia berpikir, mungkin yang menyamar sebagai Drupadi itu tak lain adalah Lodrawati, adik Prabu Lodraparisangka yang sebelumnya telah ia ketahui informasinya dari Patih Kalasrenggi. Teringat yang dikatakan Kalasrenggi bahwa ia berasaldari negara Gilingwesi. Maka pergilah Gatotkaca ke Gilingwesi.
Sementara itu, Bima cemas terhadap Gatotkaca yang pergi sendirian mencari dalang dari semua ini. Dia memutuskan untuk menyusul Gatotkaca. Arjuna memilih untuk ikut, disertai para Punakawan. “Yayi Nakula dan Yayi Sadewa sebaiknya tinggal di sini saja, jangan sampai istana ini ditinggal kosong,” tegas Sri Kresna.
“Baik, Kanda.” Bima dan Arjuna berangkat menyusul Gatotkaca, disertai para Punakawan. Prabu Sri Kresna pulang ke Dwaraka.
Bima, Arjuna, dan para Punakawan berjalan ke luar istana, menyusuri hutan-hutan. Para penduduk hutan merasa terganggu dengan kedatangan ksatria-ksatria tersebut. Maka, tak jarang mereka mendapat gangguan dari berbagai kalangan raksasa. Sampai pada suatu tempat, mereka melihat sebuah bangunan keraton yang megah. Bima menugaskan Gareng, Petruk, dan Bagong untuk mencari tahu apa nama tempat tersebut. Mereka bertiga meninggalkan posko untuk beberapa saat. Tak lama, mereka kembali. “Raden, tadi kami melihat adanya pasukan raksasa, tampaknya kita berada di wilayah negara Gilingwesi. Lalu, keluarga Pandawa tersebut mencoba kekuatan pasukan raksasa tersebut. Ternyata, Bima dan Arjuna jauh unggul. Wakil kerajaan pun keluar untk menyatakan damai.
“Gusti Prabu sedang tidak di istana. Beliau ke Hastina.” Maka, mereka menyusul ke Hastina.
Sementara itu, di Hastina, para petinggi istana sedang berbincang dengan Prabu Lodraparisangka. “Ngger, terima kasih atas bantuan Raden. Sebagai timbal baliknya, Raden berhak atas Dewi Lesmanawati,” Arya Sangkuni berkata.
“Hahaha, terima kasih, Paman. Saya sudah tidak sabar memilikinya.”
“Besok, sampeyan bisa membawa Sang Dewi. Hari ini, kita urus dulu Prabu Yudhistira itu.”
Prabu Yudhistira diproses eksekusi oleh Kurawa. Gatotkaca yang telah tiba di atas Hastina melihat itu dari atas. Dia khawatir, lalu menyerang ponggawa-ponggawa dengan serangan kilatnya. Prabu Lodraparisangka juga berada di sana, dan akhirnya dapat dibunuh oleh Gatotkaca.
Lodrawati sangat marah mengetahui kakaknya telah tewas. “Gatotkaca, akan kubalas kau!” Namun, Lodrawati dihadang para punakawan. Satu lawan tiga. Gareng, Petruk, dan Bagong telah dibekali senjata ampuh. Namun, mereka belum bisa menandingi kehebatan Lodrawati.
“Minggir, Reng,” Arjuna bersiap melepaskan panah Pasopati. Lodrawati langsung ketakutan begitu melihat Arjuna. Begitu hendak kabur lagi, dia dihalau para punakawan. Arjuna pun masih dapat melepaskan panahnya, dan matilah Lodrawati.
Usai kejadian ini, kehidupan keluarga Pandawa kembali aman dan tentera. Berkat kebijaksanaan Prabu Kresna, Pandawa dan Kurawa dapat damai kembali, walau hanya untuk sementara.


Komentar

  1. Mas, mohon kelanjutan cerita ini... Ini no aku 083822756053, terimakasih banya sebelumnya.

    BalasHapus
  2. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/berdasarkan-zodiak-anda-tidak-cocok.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/terkuak-asal-usul-bintik-putih-di.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/prilly-latuconsina-gelar-konser-untuk.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    • Bandar66
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus

Posting Komentar