Cerita Wayang: Gatotkaca Sewu
Suatu negara yang dipimpin oleh
seorang raja raksasa bernama Prabu Lodraparisangka. Ia baru saja dilantik,
menggantikan kedudukan kakaknya, Prabu Kala Pracona, yang tewas saat bertempur
melawan Gatotkaca di Suralaya. Kala Pracona kala itu sedang marah akibat
lamarannya terhadap Batari Supraba ditolak. Ia kemudian menyerang Suralaya,
negeri para dewa. Namun, para dewa tidak ada yang sanggup menandingi kesaktian
raja lalim tersebut. Oleh karena itu, Dewata harus meminta bantuan seorang
manusia biasa namun sakti, yaitu Gatotkaca. Akhirnya, Kala Pracona tewas oleh
Gatotkaca.
Kini, ia sedang merenungkan cara
membunuh Gatotkaca. Ia masih menyimpan dendam kepada Gatotkaca yang telah
membunuh kakaknya.
Pada suatu hari, patihnya,
Kalasrenggi, datang. “Mohon maaf bila saya mengganggu, Gusti. Sejak beberapa
hari ini saya lihat Gusti selalu murung, padahal baru dilantik menjadi raja. Ada
apa ya, Gusti, kalau saya boleh tahu?“
“Paman Patih, kau pun tahu, walaupun
aku telah menduduki singgasana, hidup mewah pula, makan dan minum telah
tersedia. Namun, bila belum dapat memusnahkan yang namanya Gatotkaca rasanya
hatiku belum puas, Paman.“
“Hm, iya, iya, saya mengerti Gusti.
Saya pun rasanya ingin membalas kematian Gusti Kala Pracona terhadap Gatotkaca.
Namun sayang, saya belum pernah bertemu muka si Gatotkaca itu, Gusti.“
Tiba-tiba, ada seorang pengawal
datang kepada Prabu Lodraparisangka. “Gusti Prabu, ada tamu dari Hastinapura,
ingin bertemu Gusti.“
“Dari Hastina? Siapa-siapa saja? Suruh
mereka masuk!“
Saat itu yang datang ialah Arya
Sangkuni, Resi Dorna, Aswatama, Jayadhrata, Dursasana bersama beberapa Kurawa
lainnya. “Sampurasun Ananda Prabu Lodraparisangka, kedatangan kami kemari ialah
sebagai utusan Ananda Prabu Duryudhana untuk meminta bantuan Ananda Prabu,“
Arya Sangkuni memulai pembicaraan.
“Hm, bantuan apa Paman?“
“Begini, Ngger. Ananda Prabu
Duryudhana sedang merencanakan untuk menculik Prabu Yudhistira. Nah, untuk itu,
beliau meminta bantuan Ananda Prabu. Bagaimana, Ngger, bisakah?“
“Hahaha! Kalau dibilang bisa ya bisa.
Sanggup ya sanggup. Tetapi apakah di Hastinapura tidak ada yang sanggup?“
“Ya begitulah, Ngger. Kalau untuk
menculik seorang Prabu Yudhistira saja sebenarnya itu soal mudah. Tetapi Ananda
Prabu pun tahu, Prabu Yudhistira itu dijaga oleh adik-adik dan keponakannya. Terutama
yang paling sakti dan kami segani yaitu Gatotkaca. Kalau berhasil akan
dihadiahi Dewi Lesmanawati lho, Ngger.“
“Walah?! Gatotkaca?! Hahahaha, baiklah
saya akan coba, Paman.“
“Hehehe, terimakasih, Ngger. Paman
tunggu ya Ngger.“ Tamu-tamu dari Hastina tersebut kembali kenegaranya. Prabu
Duryudhana merencanakan penculikan Prabu Yudhistira, sepupunya sendiri.
Nantinya akan ditangkap dan dibunuh, agar musuh abadinya lenyap, sehingga tidak
akan ada lagi yang mengganggunya.
Kemudian, Prabu Lodraparisangka
memerintahkan Patih Kalasrenggi untuk pergi ke Indraprasta. “Paman Patih,
sekarang juga paman pergi ke Indraprasta! Culik Prabu Yudhistira, bawa ke sini!“
Prabu Lodraparisangka tidak sabar, saat itu juga ia memerintahkan patihnya
untuk mencari Prabu Yudhistira, lalu menculiknya. Sebaliknya, Patih Kalasrenggi
bingung karena dia belum tahu di mana letak negeri Indraprasta tersebut.
Tetapi, demi ketaatan kepada Sang Prabu, ia tetap menjalankan perintahnya.
Kita beralih ke tempat lain, tempat
dimana Gatotkaca bermukim, yaitu Pringgadani. Ratu Arimbi, ibu Gatotkaca, cemas
karena suaminya sudah lama tidak pulang. Dia khawatir dengan keadaan negara.
Selain itu, ia merasa negaranya sedang terancam bahaya. Maka, ia memanggil
putranya, Gatotkaca, untuk meronda di sekiar wilayah Pringgadani, siapa tahu
ada penyusup.
Gatotkaca pun terbang bagaikan kilat
menyambar ke angkasa, melewati awan-awan putih. Udara sedang cerah. Dia melihat
sekelilingnya. Dilihatnya aman-aman saja. Tiba-tiba, matanya tertuju pada suatu
benda yang melayang-layang di angkasa. Setelah mendekati benda tersebut,
ternyata adalah seorang raksasa. Dialah Kalasrenggi yang tersesat. “Wahai
raksasa! Siapa namamu dan apa maksudmu menyelinap ke daerahku?!“ Kalasrenggi
tersentak kaget, tidakmenyangka ada orang yang sedang mengintainya. “Eh, maaf.
Saya tersasar. Saya Kalasrenggi, utusan Prabu Lodraparisangka, diperintahkan
raja saya untuk menculik Prabu Yudhistira di Indraprasta.“
Gatotkaca menimpali, “Hm, kalau begitu
kebetulan, aku keponakan Prabu Yudhistira. Maka, kau harus langkahi dulu
mayatku sebelum menculiknya.“ Begitu selesai bicara, Gatotkaca langsung
menyambar Kalasrenggi. Blarr!! Kalasrenggi terpental jauh, sampai jatuh ke
tanah. Gatotkaca menyusul. Di tanah, ia tidak memberi kesempatan kepada
Kalasrenggi, ia langsung menghantamkan lagi pukulan bertubi-tubi. Namun,
tiba-tiba Kalasrenggi menghilang.
Ternyata Kalasrenggi masuk ke dalam
tanah, bersembunyi ketakutan. Tanpa disadari, ia diintai oleh seseorang.
Sekujur tubuhnya dipenuhi sirip, seperti naga. Tubuhnya sekekar Gatotkaca.
Wajahnya pun tak jauh beda, seperti saudara kandung. Ternyata benar, dialah
Antareja, kakak Gatotkaca. Ia lahir dari Dewi Nagagini, sedangkan Gatotkaca
putra Arimbi. Ia diminta bantuan Gatotkaca ketika adiknya itu kehilangan jejak
Kalasrenggi. Kini, ia kira telah menemukan orang yang dicarinya.
“Hahaha, Kakasrenggi. Datanglah
kemari, Kalasrenggi.“ Kalasrenggi kembali kaget, setelah diatas awan tadi.
Ternyata tidak ada tempat bersembunyi untuknya. Selalu saja ada orang yang
mengetahui, dari atas awan sampai bawah tanah.
“Hei, siapa kau, tahu namaku?“
“Kau tak perlu tahu namaku,
Kalasrenggi. Pokoknya aku ini seorang resi. Aku bisa menunjukkanmu jalan ke
Indraprasta.“ Kalasrenggi tergiur. Akhirnya ia bertemu seorang yang dapat
menunjukkannya jalan ke Indraprasta. Ia pun berjalan mendekati Antareja, dengan
penuh keyakinan akan mendapat petunjuk jalan.
“Hm, Kalasrenggi. Aku akan memberi
tahumu jalan ke Indraprasta. Namun, sebelumnnya, kau harus menutup mata dahulu,
supaya benar-benar memahami apa yang aku sampaikan dan … “ Dharr!! Antareja
memukul Kalasrenggi sekuat tenaga. Kalasrenggi terguling beberapa langkah.
Secepat kilat dia langsung menggebrak
lagi Kalasrenggi yang sedang sempoyongan. Namun, Kalasrenggi kembali
menghilang.
Kalasrenggi kabur ke atas permukaan.
Antareja mengejarnya. Namun, tiba-tiba terlihat Gatotkaca di depannya.
Kalasrenggi panik. Ia sudah tidak bisa apa-apa lagi. Maka, dengan sisa
kekuatan, ia melawan dua ksatria putra Bima tersebut. Pada suatu kesempatan,
pukulan Gatotkaca menewaskan Kalasrenggi. Kepalanya sampai terpisah dari
badannya.
Di Gilingwesi, Prabu Lodraparisangka
meminta adiknya Lodrawati, bersama abdinya Togog Wijomantri, untuk menyusul
Kalasrenggi, karena patihnya itu tidak pulang jua. Perlu diketahui bahwa Togog
Wijomantri sebenarnya adalah kakak dari Semar Badranaya. Namun, perilakunya
sangat bertolak belakang. Kalau Semar selalu mengabdikan dirinya kepada
orang-orang protagonis, seperti Prabu Arjuna Sasrabahu, Prabu Sri Rama, dan
kini Pandawa; Togog mengabdikan diri kepada raja raksasa yang angkara murka
bersama anak angkat yang selalu setia mendampinginya, Bilung. Memang ayahnya,
Sanghyang Tunggul memberikan tugas demikian kepada Togog, namun pengabdiannya
itu digunakan untuk mengarahkan mereka ke jalan yang lurus. Namun, Togog malah
menyeleweng dari tugas murninya itu.
Sementara itu, di tempat lain, dimana
bermukim seorang petapa bernama Resi Dupayasa. Sang Resi telah banyak dikenal
oleh banyak orang, baik dari penduduk setempat pertapaan maupun
ksatria-ksatria. Banyak yang berguru kepadanya, termasuk Adipati Arjuna,
panengah Pandawa yang terkenal hampir seantero dunia pewayangan. Telah lama
Arjuna meninggalkan saudara-saudaranya di Indraprasta, untuk menimba ilmu
kepada Resi Dupayasa. Saat itu, Arjuna berpikir untuk pulang kepada
saudara-saudaranya. Telah cukup banyak ilmu yang didapat dari Sang Resi
tersebut. Maka dari itu, Arjuna memanggil para punakawan, untuk berpamitan
kepada Resi Dupayasa untuk pulang.
Di tengah jalan, mereka melihat
sepasukan tentara yang dipimpin oleh seorang raksesi yang tak lain adalah
Lodrawati yang sedang menuju Indraprasta. Arjuna meminta Gareng, Petruk, dan
Bagong untuk menyelidiki keadaan. Mereka berjalan menuju pasukan tersebut.
Mereka mengenalkan diri mereka sebagai pengungsi. Namun, entah mengapa,
Lodrawati menyuruh pasukannya menangkap mereka. Terjadilah pertempuran. Gareng,
Petruk, dan Bagong masih bisa mengimbangi pasukan Gilingwesi.
Arjuna dan Semar merasa cemas karena
Gareng, Petruk, dan Bagong belum kembali juga. Mereka terkejut melihat
pertempuran tidak seimbang antara Gareng, Petruk, dan Bagong, dengan tentara
Gilingwesi. Mereka lekas menuju tempat pertempuran. Dengan bantuan Arjuna dan
Semar, pasukan Gilingwesi jadi kalang kabut. Pada suatu ketika, Lodrawati
hendak menerkam Gareng dari belakang. Arjuna melihat gelagat yang tidak baik,
dia langsung mencabut keris Pulanggeni-nya.
Pada suatu ketika, Lodrawati hendak
memukul kepala Gareng dari belakang. Arjuna melihat hal tersebut, dan
mengeluarkan keris Pulanggeni. Seketika Lodrawati terkejut begitu melihat
Pulanggeni. Ia langsung terbang ke angkasa. Melihat pemimpinnya pergi, pasukan
Gilingwesi langsung mengambil langkah seribu. Kemudian, Arjuna bersama para
Punakawan melanjutkan kembali perjalanannya. Ternyata, Lodrawati mengintai dari
balik awan.
Sementara itu, di Indraprasta, keempat
Pandawa dan Sri Kresna sedang berkumpul. Mereka mencemaskan keadaan Arjuna yang
sudah lama tidak pulang. Sejenak Kresna melihat ke Aji Gambar Lopian, “Arjuna
dan para punakawan telah menuju pulang. Tetapi, ada seorang raksesi yang
mengintainya.“
“Raksesi?“ Keempat Pandawa kaget
bercampur heran.
“Menurut saya, negara Indraprasta
sedang terancam bahaya, maka penjagaan harus diperketat,“ sambung Sri Kresna.
Pada saat itu Gatotkaca sampai di Indraprasta. “Sampurasun, Paman Batara, Paman
Prabu, Rama Arya, Paman Nakula, dan Paman Sadewa, saya kemari ingin menyampaikan
bahaya yang sedang mengancam Paman Prabu Yudhistira. Barusan saya bertemu
Kalasrenggi, patih Gilingwesi yang ditugaskan Prabu Lodraparisangka untuk
menculik Paman Prabu.“
“Menculik Yayi Prabu?! Mengapa kok
tiba-tiba ingin menculik Yayi Prabu Yudhistira?“
“Saya rasa mendapat pengaruh dari
seseorang, Kanda Batara,“ Bima menegaskan.
“Ya, berarti penjagaan harus
diperketat,“ lanjut Kresna. Bersamaan, Arjuna telah sampai di istana
Indraprasta. “Akhirnya, Yayi Arjuna sampai juga, apa kabar, Yayi?” Kresna
menyapa.
“Kalau saya baik, tetapi saya mendapat
kabar tidak baik.“
“Apakah ada hubungannya dengan seorang
raksesi, Yayi?“
“Ada, Kanda, tadi saya terlibat
pertarungan dengan sepasukan raksasa Gilingwesi dipimpin oleh Lodrawati,
raksesi yang Kanda maksud tersebut. Katanya dia hendak menculik Kanda Prabu
Yudhistira.“
“Raksesi itu mengikuti Yayi dari balik
awan.“ Tiba-tiba terdengar ribut-ribut di luar. Ternyata para pengawal dan abdi
istana dibuat porak poranda oleh sosok yang tak terlihat. Sesungguhnya sosok
tersebut ialah Lodrawati yang menggunakan Aji Panglimunan. Keadaan halaman
depan istana kacau balau. Para sesepuh keluar, Lodrawati langsung kabur.
Sri Kresna mengatur rencana
pemerketatan penjagaan kepada Prabu Yudhistira. Maka, Kresna memanggil Gatotkaca
untuk diberi sebuah ajian. Ketika dirapalkan ajian tersebut, muncul 1000 orang
kembaran Gatotkaca. Ajian ini memang luar biasa. Kita tidak bisa membedakan
mana Gatotkaca yang asli dengan yang palsu. Lalu, Sri Kresna memasukkan
Yudhistira ke dalam cupu, lantas cupu tersebut diberikan kepada Gatotkaca yang
asli. “Jagalah cupu ini baik-baik, Gatotkaca.“
“Baik, Paman Batara,“ Gatotkaca
langsung keluar dari istana, berjaga-jaga di angkasa, diikuti Gatotkaca
lainnya.
Ternyata, Lodrawati mengawasi kejadian
tersebut. Ia bingung, sekarang upaya penculikan Prabu Yudhistira bertambah
sulit. Ia tak bisa membedakan mana Gatotkaca yang asli dengan yang palsu. Ia
kembali ke Gilingwesi, hendak bertanya kepada kakaknya.
Sesampainya di Gilingwesi, ia
memberitakan kepada kakaknya bahwa Patih Kalasrenggi telah tewas. Selain itu,
juga tentang Gatotkaca yang menjadi seribu (Gatotkaca Sewu). Prabu Lodraparisangka
menyarankan agar Lodrawati berubah wujud menjadi Drupadi istri Yudhistira, agar
mudah untuk mengambil cupu tersebut.
Lalu, Lodrawati pun langsung menuju
Indraprasta kembali sambil mengucap mantra berubah wujud menjadi Drupadi.
Seketika, ia telah berubah wujud menjadi Drupadi. Tetapi, ia masih bingung
bagaimana cara membedakan Gatotkaca yang asli dengan yang palsu. Ia
memperhatikan para Gatotkaca yang sangat banyak itu. Tiba-tiba ia mendapat
jawabannya. Dari tadi ia perhatikan, para Gatotkaca Sewu hanya terbang
berjaga-jaga saja, tidak berkomunikasi antara satu dengan yang lain, dan pasti
Gatotkaca yang asli adalah Gatotkaca yang dapat berbicara. Maka, ia
berpura-pura berjalan-jalan di taman, supaya nanti terlihat oleh Gatotkaca yang
asli, lalu ditegur.
Ternyata, strategi Lodrawati berhasil.
Mata Gatotkaca asli tiba-tiba tertuju pada seseorang yang sedang berjalan-jalan
di bawah. Gatotkaca langsung menukik ke bawah, menyentuh tanah. “Ada apa Bibi
Dewi, tidak biasanya berjalan-jalan?“ Tanya Gatotkaca bingung.
“Yah, sekedar mengirup udara segar,
sudah lama tidak seperti ini. Oya, saya dengar Pamanmu Yudhistira sedang
dimasukkan ke dalam cupu untuk memperketat pengamanan, yah?“
“Benar, Bibi Dewi.“
“Aku sarankan lebih baik cupu itu
diberikan saja kepadaku, karena keberadaannya terancam jika berada di tanganmu,
misalnya kamu mendapat musibah.“
“Benar juga pendapat Bibi Dewi. Ya
sudah, cupu ini saya percayakan kepada Bibi Dewi,“ sambil memberi cupu itu
kepada Drupadi palsu. Namun, Drupadi palsu tersebut tiba-tiba menghilang. Bisa
dibayangkan betapa terkejutnya Gatotkaca. Dari tadi ia tidak menaruh rasa
curiga kepada Drupadi palsu tersebut. Ia merasa tertipu. Tetapi ia belum tahu
siapa yang menipunya tersebut. Dengan rasa takut, ia harus mengadukan kejadian
ini kepada ayahnya.
Gatotkaca masuk ke dalam istana
mencari ayahnya. Saat itu Bima sedang bercengkerama dengan Prabu Sri Kresna.
Tiba-tiba Gatotkaca datang dengan tergesa-gesa dan gelisah. “Yoy, Gatot. Ada
apa, seperti orang dikejar setan saja.“
“Sebelumnya saya minta maaf, Rama.“
“Ada apa, Gatot? Cepat katakan!“
“Cupu yang menyimpan Paman Prabu
hilang, Rama.“
“Hilang? Bagaimana bisa hilang? Kau
ini tidak becus!“ Bima hendak memukul putranya tersebut. Namun, ia dihadang
oleh Sri Kresna.
“Yayi Arya, sabarlah. Jangan tergesa-gesa,
nantikau menyesal, Yayi.”
“Aku tidak akan menyesal!“
“Yayi, sabarlah, Yayi. Sekarang
biarkan Gatot mencari orang yang mengambil cupu tersebut dulu.“
“Hmm, yo wis. Tapi awas, bila tidak
ketemu!“ Gatotkaca berpamitan kepada ayahnya dan Sri Kresna. Ia melesat
secepatnya ke angkasa. Ia masih bingung ke mana harus mencari cupu tersebut.
Tiba-tiba matanya tertuju pada dua orang raksasa yang tampak sedang tersesat.
Ia langsung menukik turun ke bumi, menghampiri raksasa-raksasa tersebut.
“Kalian siapa,dari mana?“
“Ampun, Gusti. Kami prajurit Gilingwesi
yang tersesat, Gusti.“
“Hmm, mengapa bisa tersesat?“
“Kami terpisah dari pasukan, Gusti.“
“Mengapa bisa terpisah?“
“Saat itu kami sedang terlibat
pertarungan dengan Raden Arjuna dan para punakawan. Tak tahu mengapa, pemimpin
kami, Lodrawati, kabur. Maka, kami, para prajurit juga mengambil langkah
seribu.“
“Hmm, mengapa bisa terlibat perkelahian
dengan Raden Arjuna?“
“Kami berpapasan dengan Raden Arjuna
di perjalanan. Entah kenapa Gusti Lodrawati menyatakan perang.“
“Hmm, baiklah. Terimakasih atas
pemberitahuannya.“ Gatotkaca kembali terbang ke udara. Dalam hatinya, ia
berpikir, mungkin yang menyamar sebagai Drupadi itu tak lain adalah Lodrawati, adik
Prabu Lodraparisangka yang sebelumnya telah ia ketahui informasinya dari Patih
Kalasrenggi. Teringat yang dikatakan Kalasrenggi bahwa ia berasaldari negara
Gilingwesi. Maka pergilah Gatotkaca ke Gilingwesi.
Sementara itu, Bima cemas terhadap
Gatotkaca yang pergi sendirian mencari dalang dari semua ini. Dia memutuskan
untuk menyusul Gatotkaca. Arjuna memilih untuk ikut, disertai para Punakawan.
“Yayi Nakula dan Yayi Sadewa sebaiknya tinggal di sini saja, jangan sampai
istana ini ditinggal kosong,” tegas Sri Kresna.
“Baik, Kanda.” Bima dan Arjuna berangkat menyusul
Gatotkaca, disertai para Punakawan. Prabu Sri Kresna pulang ke Dwaraka.
Bima, Arjuna, dan para Punakawan
berjalan ke luar istana, menyusuri hutan-hutan. Para penduduk
hutan merasa terganggu dengan kedatangan ksatria-ksatria tersebut. Maka, tak jarang
mereka mendapat gangguan dari berbagai kalangan raksasa. Sampai pada suatu
tempat, mereka melihat sebuah bangunan keraton yang megah. Bima menugaskan
Gareng, Petruk, dan Bagong untuk mencari tahu apa nama tempat tersebut. Mereka bertiga meninggalkan posko
untuk beberapa saat. Tak lama, mereka kembali. “Raden, tadi kami melihat adanya
pasukan raksasa, tampaknya kita berada di wilayah negara Gilingwesi. Lalu,
keluarga Pandawa tersebut mencoba kekuatan pasukan raksasa tersebut. Ternyata,
Bima dan Arjuna jauh unggul. Wakil kerajaan pun keluar untk menyatakan damai.
“Gusti Prabu sedang tidak di istana.
Beliau ke Hastina.” Maka, mereka menyusul ke Hastina.
Sementara itu, di Hastina, para
petinggi istana sedang berbincang dengan Prabu Lodraparisangka. “Ngger, terima
kasih atas bantuan Raden. Sebagai timbal baliknya, Raden berhak atas Dewi
Lesmanawati,” Arya Sangkuni berkata.
“Hahaha, terima kasih, Paman. Saya
sudah tidak sabar memilikinya.”
“Besok, sampeyan bisa membawa Sang Dewi. Hari ini, kita urus dulu Prabu
Yudhistira itu.”
Prabu Yudhistira diproses eksekusi
oleh Kurawa. Gatotkaca yang telah tiba di atas Hastina melihat itu dari atas.
Dia khawatir, lalu menyerang ponggawa-ponggawa dengan serangan kilatnya. Prabu Lodraparisangka
juga berada di sana, dan akhirnya dapat dibunuh oleh Gatotkaca.
Lodrawati sangat marah mengetahui
kakaknya telah tewas. “Gatotkaca, akan kubalas kau!” Namun, Lodrawati dihadang
para punakawan. Satu lawan tiga. Gareng, Petruk, dan Bagong telah dibekali
senjata ampuh. Namun, mereka belum bisa menandingi kehebatan Lodrawati.
“Minggir, Reng,” Arjuna bersiap
melepaskan panah Pasopati. Lodrawati langsung ketakutan begitu melihat Arjuna.
Begitu hendak kabur lagi, dia dihalau para punakawan. Arjuna pun masih dapat
melepaskan panahnya, dan matilah Lodrawati.
Usai kejadian ini, kehidupan keluarga
Pandawa kembali aman dan tentera. Berkat kebijaksanaan Prabu Kresna, Pandawa
dan Kurawa dapat damai kembali, walau hanya untuk sementara.
mantap mz, mtrnwun
BalasHapusMas, mohon kelanjutan cerita ini... Ini no aku 083822756053, terimakasih banya sebelumnya.
BalasHapushttp://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/berdasarkan-zodiak-anda-tidak-cocok.html
BalasHapushttp://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/terkuak-asal-usul-bintik-putih-di.html
http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/03/prilly-latuconsina-gelar-konser-untuk.html
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
• Bandar66
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!