Cerita Wayang: Putra Rama
Sri Rama telah dapat mengambil istrinya kembali dari tangan Rahwana.
Kebersamaan suami-istri yang terpisah lama karena musibah dapat diwujudkan
kembali. Semua perangkat yang telah berpartisipasi dalam mewujudkan itu harus
bergembira, merasa usahanya tidak sia-sia. Usaha mereka semua, tentunya.
Dewi Shinta telah berhasil diuji kesuciannya dan Batara Agni membuktikan dia
masih suci, dan layak bagi Sri Rama Regawa. Satu hal lagi, Sri Rama kembali ke
Ayodya menjadi raja selayaknya, setelah 12 tahun diduduki adiknya Bharata.
Jadilah Prabu Sri Rama Regawa memakai mahkota Ayodya, duduk bersama Dewi Shinta
berbahagia. Manusia kera dan pasukan wanaranya tetap menjadi balatentara Sri
Rama, dengan setia. Sugriwa bersama anak-anak buahnya setia mengabdi, tak
terkecuali Hanoman walaupun dia menyambi hobinya ke Gunung Kandalisa untuk
bertapa karena telah menjadi Resi Kandalisa.
Ayodya nyaman, subur makmur gemah ripah loh jinawi, di bawah kepemimpinan Prabu
Sri Rama Regawa yang bijaksana, yang telah didampingi lagi istri tercinta Dewi
Shinta. Namun apa kabar yang nun jauh di sana? Rahwana, apa kabar Prabu
Dasamuka, yang katanya dirimu terjepit di antara gunung? Aji Pancasona dan
Rawarontek tetap menjadi kekuatannya untuk tidak terbunuh, namun penyiksaan
seumur hidup tentu lebih menyakitkan daripada kematian. Kadang dia mesti
menyesal telah gagal bisa mati. Namun, apakah sosok seperti Rahwana bisa
menyesal, yang bukan hanya dua muka, tetapi benar-benar bisa membentuk dasamuka?
Ya, roh Rahwana masih hidup.
***
Lokasi di Gunung Samudra dan Saputra, putra-putra yang telah membangkang kepada
ayahnya. Atau memang ayahnya dianggap membangkah terhadap kebaikan dan
kemanusiaan? Maka hukum alam.
Jiwa Rahwana yang tersakiti dan raga yang juga masih ditekan oleh Resi Dangu
sang panah sakti yang selalu setia tak mungkin diam. Dan ternyata Rahwana masih
punya pergerakan. Dia mengeluarkan gelembung-gelembung yang berisi rasa jahat.
Mungkin tidak bisa mengubah seseorang menjadi berjiwa dirinya, namun sepertinya
memiliki maksud tertentu yang dapat membuat keresahan dan perpecahan.
Gelembung jahat sampai ke Kerajaan Ayodya. Hidup berjalan seperti biasa, tak
ada yang menyadari sesuatu yang janggal. Namun diam-diam jiwa dan pikiran warga
Ayodya telah disusupi gelembung Rahwana. Tetap berproses namun pasti, muncul
sesuatu yang tidak baik di seantero Ayodya. Rakyat mulai membicarakan Dewi
Shinta yang diragukan kesuciannya. Dalam lingkungan istana pun para punggawa
telah terkena gelembung tersebut juga, Hanya seorang yang tidak mempan, yaitu
Hanoman. Karena hal tersebut terjadi pertentangan yang memicu perkelahian kecil
antara Hanoman dengan teman-teman manusia monyet lainnya, yang akhirnya dilerai
oleh Laksmana. Hanoman yang sangat kuat, tidak terkena pengaruh gelembung
tesebut, dapat menghilangkan pengaruh itu dari teman-temannya. Perlahan para
punggawa monyet itu pulih kembali. Kejadian ini sampai kepada Prabu Sri Rama,
dan para punggawa diminta berkumpul.
Hanoman disuruh menjelaskan apa yang terjadi. Lalu Hanoman menjelaskan
permasalahan desas-desus yang melanda Dewi Shinta. “Aku sebenarnya juga telah
mendengar hal ini. Ya sudah, serahkan ini padaku. Kalian tidak perlu ikut
campur.”
Maka Hanoman dan punggawa lainnya keluar ruangan. Hanoman kembali ke Gunung
Kandalisa dengan perasaan tidak puas. Sebelumnya dia menemui Trijata dahulu ke
keputren. Trijata yang menemani Dewi Shinta di keputren pun telah tahu apa yang
akan diperbuat Sri Rama, yaitu tidak memedulikan desas-desus. Sedangkan Dewi
Shinta sendiri merasa gelisah sebagai yang menjadi bahan obrolan. Maka pada
suatu malam, dia diam-diam keluar istana, memasuki Rimba Dandaka. Dia tak tahu
arah tujuan, hingga menemui seseorang bernama Resi Walmiki.
Resi Walmiki adalah seorang petapa yang sudah sangat senior. Dia kemudian
menyuruh Dewi Shinta tingga di pertapaannya. Tak terasa berbulan-bulan Shinta
tinggal bersama sang Resi, dan kandungannya telah semakin membesar. Pada
saatnya tiba, ia melahirkan dibantuk dua dewi dari kahyangan tanpa sadar, dan
melahirkan anak kembar, laki-laki semua. Kemudian anaknya itu diberi nama Luwa
dan Kusa. Luwa dan Kusa kemudian dididik oleh Resi Walmiki, kemudian menjadi
pemuda hebat seperti ayahnya.
***
Seisi Ayodya merasa bersalah dengan hilangnya Dewi Shinta, begitupun seisi
istana, sampai Sri Rama. Mereka semua bingung apa yang harus diperbuat.
Tampaknya semua bergantung kepada sang raja saja. Kemudian untuk mengobati rasa
rindunya, Sri Rama minta dibuat patung emas Dewi Shinta, yang ditaruh di dekat
singgasananya. Agar dia akan selalu ingat dengan Shinta, walaupun tak pernah
tahu di mana ia.
Nun jauh di hutan sana, Dewi Shinta hidup sebagai perempuan biasa bersama Resi
Walmiki dan kini kedua anaknya. Seperti sudah biasa dengan kehidupan sengsara,
karena pernah bertahun-tahun pula bertahan di Rimba Dandaka, Dewi Shinta seolah
sudah bisa melupakan kehidupan mewahnya juga seisi Ayodya. Dibanding apa yang
telah membuatnya sakit dan terus terganggu, ia merasa lebih baik di sini.
Resi Walmiki seorang yang sakti, tak hanya petapa yang senior. Ia juga pandai
ilmu berperang. Lambat laun putra Shinta yang dua-duanya laki-laki itu beranjak
besar. Mereka diberi ilmu kehidupan juga bertahan hidup. Karena langsung di
alam, mereka sangat mahir, juga karena darah Sri Rama mengalir di tubuh mereka.
Luwa dan Kusa sebanding kekuatannya, dan makin besar mereka makin menguasai
ilmunya. Namun Resi Walmiki selalu mengingatkan bahwa seorang yang bijak tidak
akan pernah mau berperang, lain halnya jika ada yang menyerang dan harus
bertahan hidup.
***
Delapan tahun sejak kepergian Shinta. Kehidupan di Ayodya beranjak normal.
Suatu ketika Sri Rama ingin mengadakan pesta kuda. Kuda keramat Ayodya akan
dilepas, dan pasukan Ayodya mengikutinya. Barangsiapa kerajaan yang berani
menangkap kuda itu, berarti harus ditundukkan. Sudah beberapa kerajaan ditundukkan,
atau mereka langsung setuju untuk damai. Sampai suatu hari kuda tersebut telah
berjalan dekat dengan hutan tempat Resi Walmiki.
Luwa dan Kusa, putra Rama |
Luwa
dan Kusa sedang bermain-main sedikit keluar hutan, melihat pemandangan luasnya
alam. Kebetulan kuda keramat Ayodya lewat tak jauh dari lokasi mereka. Terlihat
oleh pandangan mata, mereka tertarik dengan binatang yang berjalan sendiri itu.
Mereka mendekati kuda tersebut, dan terlihat ada sepasukan berkuda juga
mengikuti kuda keramat itu. Itu adalah pasukan Ayodya, mengawal dari jauh.
Prajurit Ayodya mulai kaget dengan adanya dua anak kecil yang berani mendekati
kuda tersebut. Kemudian mereka memperingatkan Luwa dan Kusa, yang pada akhirnya
hanya menjadi bulan-bulanan para putra Rama. Para punggawa Ayodya juga
menyusul, namun satu per satu juga tumbang. Resi Hanoman yang dipanggil dari
Gunung Kandalisa juga takluk dengan panah rotan milik Kusa yang sangat kuat,
melilit tubuhnya. Laksmana turun tangan, sampai terluka dadanya akibat panah
Luwa.
Akhirnya
Sri Rama langsung bernagkat dari Ayodya, curiga dengan apa yang terjadi. Ia
berembug dengan para punggawanya, akhirnya memutuskan untuk menemuinya sendiri.
Kemudian setelah beberapa cakap antara ayah dan anak yang belum saling mengenal
itu, Rama tahu bahwa mereka adalah anaknya.
Komentar
Posting Komentar