Hari Inspirasi


Kelas Inspirasi. Kegiatan kerelawanan memang menyenangkan, setidaknya bagi sebagian orang, yaitu orang yang menyukainya. Kali ini anak dari Indonesia Mengajar menjadi jelajah baru, yaitu KI. Pernah kudengar, namun hanya kudengar. Bahwa profesional bisa terlibat dalam membantu mencerdaskan anak bangsa dan menginspirasi tentunya. Lho iya, bedanya dengan Pengajar Muda? Oke, orang memang harus mencari tahu suatu hal dulu baru bisa paham.




Jadi Kelas Inspirasi itu adalah kunjungan tim dari KI ke suatu sekolah yaitu SD, sehari, dengan para inspirator masuk ke kelas-kelas. Intinya ya belajar dengan para inspirator, atau penempatan Pengajar Muda secara singkat. Untuk jadi relawan? Bisa inspirator atau dokumentator.
“Pengalaman bekerja 2 tahun? (emot bingung)”
“Kan bisa jadi relawan dokumentator. (emot senyum)”
Baru tersimak olehku. Ya tak mungkin dibagikan ke grup ini kalau tidak bisa untuk kami yang hampir kebanyakan belum pernah bekerja. Masih ‘ku bimbang. Akhirnya beberapa hari kemudian baru aku memutuskan untuk mendaftar, untuk dikenalkan dahulu lah pikirku.
Kendal, tujuan pertama.


***
         
Namanya kerelawanan tentu harus didasari rasa sukarela. Anak daerah asal memiliki kesadaran untuk ikut memajukan pendidikan di daerahnya. Makanya tentu inisiasi KI berasal dari putra daerah. Kemudian memperluas keterlibatan dengan membentuk panitia lokal, fasilitator, hingga membuka lowongan relawan. Di sinilah kaum sukarela dari Sabang sampai Merauke bisa bergabung.
Jadilah Kelas Inspirasi, ia digerakkan oleh putra daerah dan dibantu relawan yang bisa menempuh perjalanan darat, laut, hingga udara (tak lebay, memang benar) untuk ikut menginspirasi. Orang yang menjadi tetangga sekolah hingga yang berjarak ribuan kilometer bertemu. Bukan tak ada yang didapat, tapi yang jelas yang didapat bukan uang. Penyelenggaraan Kelas Inspirasi pun tanpa biaya pendanaan dari luar, hal-hal satu hari untuk menginspirasi itu berasal dari iuran para relawan. Yap, karena itulah salah satu dari 7 sikap dasar.

***
         
“Terus bobo. Terus kelewatan. Cakep!”
Sambil memirisi diri sendiri sambil tertawa pahit saja aku. Kupikir bisa berbarengan agak jauh kali ini, namun mungkin memang takdir kelewatan. Akhirnya aku daftar ke Blora. Di hari pengumuman, kumenunggu saja, hampir berganti hari dan belum juga ada pengumuman, sempat berpikir aku tak diterima. Ternyata pukul 23.06 baru hadir surat elektronik keterimaannya. Mantap, Blora aku datang.
Ini pengalaman pertama sendiri. Kebetulan jadwal kami sama-sama berangkat pagi, walaupun dengan arah yang berbeda. Di perjalanan kereta aku hanya tertidur, tahu-tahu sudah sampai di tujuan. Melihat geografisnya, hampir seperti terasing. Ini sudah benar jauh dari kota. Namun, dalam perjalanan yang belum juga sampai ke tempat pertemuan, ternyata alamnya bisa jadi penawaran, ternyata tak buruk walau bukan suasana kota.
Tibalah Hari Inspirasi. Tidur larut tak buat mata sulit bangun, karena ada semangat untuk menginspirasi, setidaknya bagi relawan inspirator. Bagi relawan dokumenter, ada semangat untuk mengabadikan potret kebahagiaan anak-anak penerus masa depan.
Inspirator mulai mempersiapkan diri. Eh, tapi tak langsung ke kelas, tunggu dulu. Kita bergoyang dulu di lapangan, memecah es batu di pagi hari, supaya tambah cair menghadapi hari! Keringat mungkin ada, tapi itu hasil kegembiraan. Dan gembira bersama orang yang sukarela serta anak-anak yang bermimpi. Terlepas dari itu, senam pagi selalu menyenangkan.
Akhirnya anak-anak masuk kelas, menunggu cercahan inspirasi dari para inspirator, dan dokumentator memburu hal-hal yang bagus jadi potret kesukarelaan ini. Begitu saja menikmati hari, sampai tak terasa seluruh rangkaian sudah berakhir. Persiapan berpisah dengan anak-anak. Wajah polos dan senyum mereka walau baru bertemu sehari seperti sudah menjadi adik didikan dari kapan. Yang bisa kulakukan hanya mengantar mereka ke gerbang depan sebelum pulang. Bilang kepada mereka, "Kalian pintar dan punya mimpi!"
Kesenangan dengan anak-anak sudah, sekarang kembali bareng-bareng relawan. Refleksi, rangkaian setelah menginspirasi. Setiap relawan mencurahkan perasaan dan kesannya setelah aktivitas pagi hingga siang tadi. Yang menarik, sesi ini sebenarnya adalah bagian evaluasi. Relawan diminta untuk mengevaluasi hasil kegiatan pagi hari sampai siang, juga evaluasi terhadap kinerja fasilitator. Namun yang kami lakukan akhirnya mencurahkan segala perasaan dan kesan yang didapat. Tak sesuai target? Hmm sepertinya tidak juga, karena ternyata apa yang kami rasakan: kesengsaraan, kesulitan, rasa sebal; bisa dijelaskan dengan kata lain: kebersamaan.

Berkegiatan itu memang menyenangkan, Mbak
Bersukarela bersama orang yang juga demikian
Ada kebahagiaan ketika yang lain bahagia
Apapun itu meski tak lama
Tak perlu lama, itu sudah menyenangkan semuanya

Oh tidak, ini masih hariku yang pertama
Setidaknya bentukan ini belum purba
Namun jelajah baru
Mungkin bisa jadi pelarian jiwa yang kelabu
Bahkan impian dari dulu

Atau ini untuk menenangkan jiwa dan hati
Karena senang itu menenangkan
Namun tidak, sukarela itu murni
Sikap dasar, bebas kepentingan
Termasuk kepentingan membebaskan jiwa
Jadi sampai jumpa lagi, Mas


Ada kesedihan ketika melepas kebersamaan. Kesan yang berlangsung hanya dua sampai tiga hari itu sangat tak terasa, namun banyak hal yang didapat. Baru melihat antusias anak hingga kita mengingat namanya, namun siangnya hanya bisa melihat mereka pulang dan kita tak bertemu lagi. Baru mengenal untuk sama-sama menginspirasi, namun disadarkan lagi dengan realita rutinitas. Maka tinggal satu hal: kalau kita dipertemukan oleh sukarela, maka harusnya kita bisa bertemu lagi.
“Info-info Mas ikut KI mana lagi.”
“Ya lihat aja nanti, selalu ketemu aja kan..”

***

Mau ke mana lagi kita? Kata akun, Hari Inspirasi tak pernah berhenti di Indonesia. Maka bagi kita yang sulit mencari waktu pun masih banyak kesempatan menanti waktu lainnya. Dan baiknya ketika banyak waktu maka itu adalah kesempatan. Kata salah satu bait filosofi, kesempatan adalah salah satu hal yang sering dilewatkan oleh manusia. Dia datang, bisa kita ambil atau dilewatkan saja. Dia bisa datang lagi dan lagi, dan tak tahu kapan berhenti datang.
Masa liburan adalah masa rehat dari belajar, lebih tepatnya belajar rutin ke tempat belajar-mengajar. Ya itu bagi profesi pelajar. Jika sebelum masa liburan mencari Hari Inspirasi adalah sela-sela di antara kesibukan, pada masa liburan ini mungkin bisa lebih lega. Artinya kita bisa lebih memanfaatkan waktu di daerah inspirasi untuk berinteraksi dengan relawan lain hingga menikmati alamnya. Tak sia-sia, pengalaman bertambah di masa liburan ini. Mungkin di kemudian hari akan ada hari kelima, keenam, ketujuh, dan seterusnya bagiku.

 
Pesona masjid di Lamongan, sisi selain ruang kelas di KI.
 
Hari Inspirasi tak pernah berhenti, berarti relawannya pun tak berhenti ingin menginspirasi. Senyuman anak-anak adalah cerminan kebahagiaan kami, dan pembangkit semangat kami untuk terus menginspirasi.

Komentar