Cerita Wayang: Wayang Purwa 2
Sanghyang
Jagatnata mengajak istrinya, Batari Umayi, berjalan-jalan menaiki Lembu Andini.
Menyusuri langit yang luas, di atas samudera, tiba-tiba rasa birahi Sanghyang
Jagatnata timbul. Lalu ia mengajak bersenggama
Batari Umayi, namun ditolaknya, hingga Batari Umayi melontarkan kata-kata kasar. Akhirnya terjadi pertengkaran
di antara mereka. Batara Guru memaki Batari Umayi berucap seperti raksasa saja, namun
ternyata ucapannya berbuah kenyataan, Batari Umayi seketika berubah wujud
menjadi seorang raksesi. Keduanya terdiam, lalu pulang begitu saja sambil masih
kesal.
Birahi
Sanghyang Jagatnata ternyata sempat memuncak, dan ada spermanya yang jatuh ke
samudera. Begitu menyentuh lautan, air sekitarnya mendidih sejenak, mengikuti
arah air mani itu terus jatuh ke dalam laut. Mereka tidak terlalu memperhatikan
hal tersebut. Kemudian mereka pulang.
Masalah tak selesai, Batari Umayi sangat kesal dengan
wujud dirinya kini, dan menyamakan balik Batara Guru dengan raksasa pula.
Dampaknya tak seburuk tadi, namun Batara Guru terwujudkan satu kutukannya,
yaitu memiliki taring seperti bangsa raksasa. Namun rupanya tetap seperti
manusia. Batara Guru pun marah menerima apa yang baru saja terjadi, lalu
menghukum Batari Umayi, keluar dari Kahyangan. Ia kemudian membawa Batari Umayi
ke suatu daerah rimba yang sangat lebat, menamainya Seta Gandamayit, dan Batari
Umayi dijadikan penguasa di daerah situ, diganti namanya menjadi Batari Durga.
***
Ternyata
air mani itu bertumbuh. Cukup cepat, selama beberapa bulan sudah berbentuk bayi
dan berenang-renang di lautan bertemu penghuni lautan lainnya. Hal itu disadari
Batara Baruna, karena bayi itu mengganggu ketenteraman di lautan, memakan
ikan-ikan dan mengacaukan rantai makanan. Pertumbuhannya sangat cepat, tiap kali memakan
ikan tubuhnya bertambah besar. Namun bayi itu sulit ditangkap. Suatu ketika
Batara Baruna menemukannya, ternyata bayi itu berwujud raksasa, ia kaget
berasal dari mana. Kemudian Batara Baruna mencoba menangkap dan melawannya,
namun ternyata bayi itu sangat tangguh. Kulitnya sangat keras dan kekuatannya
sangat dahsyat. Batara Baruna mengerahkan balatentaranya, sang bayi masih dapat
bertahan walau kemudian pergi entah ke mana.
Sekitar dua tahun sejak jatuhnya
benih bayi ke samudera luas. Lokasi bayi itu berpindah-pindah, dan tiap
kemunculannya selalu memunculkan kekacauan. Akhirnya Batara Baruna naik ke
Suralaya, melaporkan hal tersebut kepada Sanghyang Jagatnata. Katanya ada bayi
yang tumbuh cepat dan mengacau di samudera, mengganggu rakyat Batara Baruna.
Ketika Sanghyang Jagatnata hendak turun melihatnya, tiba-tiba sang bayi telah
berada di depan Gerbang Selamatangkep. Sanghyang Jagatnata pun hendak bertanya,
namun bayi tu langsung menyerang. Dan ternyata benar, sang bayi sangat dahsyat
kekuatannya, sampai Sanghyang Jagatnata kewalahan. Akhirnya Sanghyang Jagatnata
menggunakan Aji Kemajan untuk membuat sang bayi lumpuh, dan akhirnya diberi
tawaran untuk menyerah dan mengakui sebagai anak maka akan disembuhkan kembali.
Akhirnya sang bayi menyerah, dan Sanghyang Jagatnata memberinya nama Kala.
Kemudian Kala dibawa ke istana Suralaya dan diberi pakaian kadewan.
Batara Guru kini kesepian sejak Batari Durga ia usir ke
Seta Gandamayit. Kemudian ia berniat mendatangi saudagar Umaran untuk meminta
istri lagi. Akhirnya Batara Guru
mendatanginya dan dengan enaknya meminta kembali perempuan untuk ia jadikan
istri. Saudagar kebingungan dan tak berani menentang permintaan raja Dewata
tersebut. Kemudian ia memohon kesaktian dan ia terpikir dengan buah ranti yang
berada di kebunnya. Ia bersemedi dengan buah ranti diletakkan di sebelahnya,
kemudian terwujudlah seorang gadis yang mirip dengan Umayi, kemudian diberi
nama Umaranti. Batara Guru mengucapkan terima kasih dan pamit kembali ke
Kahyangan. Pada masa mendatang, mereka mendapatkan putra bernama Asmara, Cakra,
dan Mahadewa.
Komentar
Posting Komentar