Rumah Kedua Enam Tahun

Perjalanan Kisah di SMP-SMA Labschool Kebayoran





            Enam tahun itu bisa tanpa cerita, berlalu begitu saja, di samping waktu terus berjalan. Tanpa cerita, atau tak ada yang bisa diceritakan karena lupa semua, tak ada ingatan. Segalanya berjalan seperti biasa saja karena tak ada yang istimewa.
            Bisa jadi, enam tahun pertama kehidupan manusia. Eling opo? Oke, usia enam tahun kira-kira sudah masuk sekolah dasar. Aku masuk ke kelas di mana tidak ada yang saling kenal, dan semuanya saling menatap bingung. Ada orang di depan menerangkan beberapa hal, oh itu guru. Pembicaraannya lebih serius, menerangkan suatu hal yang belum pernah diketahui untuk kami lebih tahu.
            Masa prasejarah, siapa yang benar-benar tahu apa yang terjadi saat itu? Bahkan masa sejarah ketika sudah ada peninggalan berupa tulisan. Begitu kan klasifikasinya? Setidaknya sehebat-hebatnya penelitian saat ini, siapa yang tahu Raja Mulawarman tiap detiknya melakukan apa? Apalah enam tahun dibanding jarak masa itu hingga masa kini yang lebih dari seribu lima ratus tahun, dan masa mau dibandingkan enam tahun dengan jarak waktu terhadap masa prasejarah, di mana tak ada peninggalan ya tidak ada yang bisa diingat.
            Terlalu banyak intermezo. Hanya perbandingan, ya maksudnya enam tahun itu bisa juga sangat berarti, sangat cepat maupun sangat lambat. Enam tahun itu bisa banyak cerita, dengan berlalunya waktu banyak yang terjadi, dan tetap waktu terus berjalan, yang mungkin berbeda jika enam tahun ini tak dilewati. Namun begitu sih katanya, takdir itu seperti bermain catur, ya langkah selanjutnya itu tergantung atau merupakan terusan dari langkah sebelumnya. Maka enam tahun ini: tentang Labschool, ber-Labschool, menjadi Labschoolian.


***

            Sabtu sudah datang ke sekolah. Begitu juga kata teman-teman lainnya di grup, mempersiapkan MOS katanya, dan datang ke sekolah ini masih memakai seragam SD. Jadilah hari pertama yang berwarna. Kita lihat apakah suasana dan perasaan juga menjadi berwarna oleh sambutan Labschool.


Sabtu, 14 Juli 2012, Pra-LFSD

            Labschool katanya sangat bagus. Labschool katanya siswanya pintar-pintar. Labschool katanya belajar terus, tak ada waktu untuk perundungan, namun katanya Labschool penuh dengan kegiatan. Labschool katanya akan dibiasakan budaya baik. Labschool—yang akan menjadi Labschool-ku ini, dikenal dengan Labsky. Keren juga.
            Ratusan siswa baru ini berbondong masuk—yang sudah pernah dimasuki sebelumnya, setidaknya saat tes penerimaan. Ada seragam yang banyak dipakai, artinya banyak lulusan SD itu yang masuk sini, dan seragamku hanya satu. Bukan tanpa kenalan, karena ada lah pasti kenalan dari sekolah lain sebelumnya, namun secara umum ini lingkungan baru. Selamat datang Satria Labschool angkatan 12, kata mereka di spanduk. Kami berkumpul di lapangan yang beralaskan konblok, ada kakak-kakak OSIS yang mengarahkan. Kelompok 7, bersama beberapa anak lainnya, yang tentunya beda sekolah. Bertemu teman pertama dan berkenalan, dan kesan terhadap kakak OSIS yang menjadi mentorku. Ada satu guru yang bicara di depan, cukup memotivasi untuk memulai hal di Labsky. Beliau menyuruh kami menulis satu surat yang berisi tekad selama di Labsky, menarik. Hari pertama atau bahkan hari ke-0 ini perkenalan, dan persiapan LFSD (MOS versi Labschool). Itu 14 Juli 2012.
            Kesan pertama, oke MOS itu ternyata berisi materi-materi perkenalan terhadap sekolah. Ada kakak OSIS yang tegas, bagian penertiban. Bisa disebut galak, karena anak baru lulusan SD ini belum tahu apa-apa yang lalu merasakan ketegasan. Namun kami bersama, jadi cukup tenang, ada teman-teman seperjuangan. Aku yakin ini lebih baik daripada sekolah lain, karena awal perkenalan katanya fresh, ya Labs Fresh School Day.
            Salat berjemaah tiap Zhuhur dan Ashar, ini bersama kelas 8 dan 9, yang melihat kami bermacam-macam. Yang jelas kelas terendah itu pasti menjadi perhatian. Kami selawat sebelum salat, dengan rapinya diatur. Kupikir inilah Labschool, dengan segala budayanya. Orang-orang yang berbicara saat LFSD sepertinya orang hebat-hebat yang memiliki nilai-nilai Labschool.
            LFSD terpotong awal Ramadhan, maka pada hari ketiga LFSD, rangkaian acara hanya berlangsung cepat, dan ada tarhib Ramadhan dibawakan oleh Pak Kuncoro, guru Agama. Impresi pertama terhadap guru ini juga unik, dengan khas Jawa-nya. Pada hari itu aku tidak tahu bahwa pulang Zhuhur, dan peserta LFSD tidak membawa HP ke sekolah. Maka jadilah diriku menunggu hingga waktu Ashar di sekolah, dan silih berganti kakak kelas bahkan kakak SMA mendatangiku dan bertanya tentang hal apa saja. Ya, itu pengalaman unik awal kisah.
            LFSD saat Ramadhan cukup melegakan, walaupun hanya sehari. Dan pada akhirnya di hari keempat rangkaian ini berakhir, dan terpilih 2 peserta terbaik, sebagai 2 orang yang mungkin paling dikenal pada masa awal-awal oleh angkatan kami dan kakak kelas. Esok harinya sudah akan belajar dan bertemu wali kelas, itu 24 Juli 2012.
            Hari pertama bertemu wali kelas, dengan berbagai perkenalannya. Kemudian hari-hari berikutnya kami benar-benar sekolah, ya belajar pelajaran yang ada, dengan guru tiap mapel. Selain itu, ada namanya wakil orangtua kelas (WOTK) yang berisi para orangtua yang bersedia menjadi tim ibu dalam kegiatan-kegiatan yang juga terkait dengan siswa. WOTK mengadakan perkenalan siswa dan ibunya dalam suatu pertemuan. Kelasku mengadakannya di HEMA. Selanjutnya kelas ini menjadi bagian awal perjalanan.
            Apa itu Labschool dengan segala aktivitas dan kegiatannya? Aku melihat seorang teman bernama Fadhlan saat LFSD yang cara bicara dan pemikirannya bagus dan unik, yang akhirnya menjadi teman sekelasku. Dia bilang sistem pendidikan bagus di Labschool, yang membuat dia ingin masuk sekolah ini. Mungkin itu mewakili teman-teman lainnya. Kesan awal cukup bagus, ada teman menarik, ada guru inspiratif, banyak ekskul yang menarik minat, dan lain-lain. Oke, namun aku masih terkenang dengan SD, yang di sini sangat berbeda karena hanya sendiri lulusan SD-ku.
            Tawaran menarik dari sepupu, berbekal pengalaman saat SD, aku membuat drama wayang Ramayana Senjaya, kali ini kolaborasi teman SD dan SMP. Nostalgia SD masih ada, bersyukur teman-teman SD masih bisa berkumpul. Lalu digabung dengan teman baru di Labsky, senang juga rasanya menjadi penyatu. Tak terasa, latihan yang lebih sedikit itu jadi juga pentas. Bukan tanpa kenangan. Kami pentas hari Sabtu, dan Senin setelah pentas, salah seorang teman bercanda, “Latihan jam berapa?” Dan fakta bahwa pentas sudah selesai.
            Petualangan berlanjut, kami harus melanjutkan belajar, lanjut mengikuti kegiatan yang ada di sekolah ini, dan lainnya yang semakin mengenalkanku kepada sekolah ini. Setelah LFSD bukan selesai urusan kegiatan. Kami langsung dicampur dan disatukan lagi dalam Kajian Islam Ramadhan (Kalam), kegiatan awal siswa baru juga yang bernuansa religi. Lalu tak lama ada Lalinju, melihat kakak OSIS yang pertama menyambut kami itu melepas jabatannya, diserahkan kepada kakak kelas 8. Ada AKTUAL, semacam tur studi, yang kami diberikan tugas dan dilombakan. Berbagai macam kegiatan ini mewarnai awal petualanganku.
Nostalgia SD yang belum selesai akhirnya berakhir saat malam Apres, Apresiasi Seni Ekskul, 26 April 2013. Sebagai anggota Teater, aku cukup berperan dalam Apres, walaupun masih kelas 7. Dengan pengalaman berdrama wayang, aku emang suka dengan suasana pementasan. Maka pentas itu hari Jumat. Malam hari, selesai acara. Teman-teman dan kakak kelas mulai meninggalkan sekolah. Kurasakan hal luar biasa, walau baru berpartisipasi kecil, namun inilah ketika aku menjadi bagian dari acara Labsky. Ketika itu aku baru benar-benar yakin, bahwa kisah dan kenangan di SMP Labsky ini akan lebih dahsyat dari sebelumnya. Setelah semua yang terjadi dan pengalaman yang dilalui, memang membuktikan banyak kenangan, namun baru kini aku benar-benar yakin. Maka Abiyyi kelas 7 melanjutkan langkahnya keluar gerbang Labsky, pulang ke rumah malam itu.
            Impresi itu kesan pertama terhadap Labschool, dan segala hal yang dilalui kemudian. Kakak OSIS Dasa, teman pertama, kelas 7B, ekskul yang kuikuti, hingga Apres dan perjalanan menuju pengurus OSIS. Tahun pertama? Labschool-ku Labsky, singkatan yang cukup keren. Guru-guru Labsky itu keren. Menjadi Labschoolian itu tertantang dan termotivasi. Jangan merasa asing, karena percayalah bahwa teman-temanmu itu merasakan asing yang sama. Ingin mengembangkan diri, beranilah berpetualang. Menjadi pengurus OSIS itu berat, namun jangan menyesal, sekalipun belum terjadi. Ya, itulah kelas 7. Itu belum semua segmen, bahkan dalam setahun pertama ini tak cukup hanya sedikit kata. Namun cerita tampaknya harus berlanjut supaya tidak bosan.


***
            Wejangan pertama Pak Ukim pada hari pertama kelas 8, “Ini tahun kalian.” Seharusnya kami menatap tahun kedua ini dengan semangat, dan diriku harus meyakinkan diri bahwa apa yang kupilih telah tepat.
            Capsis mulai berperan ketika ada adik kelas baru. Ini mulai bisa diterapkan. Keseganan terhadap kakak kelas ketika kelas 7 akhirnya terbayar dengan bisa memperlihatkan wibawa kepada adik kelas baru. Berbagai persiapan disiapkan sekolah agar kami menjadi pengurus OSIS-MPK yang hebat. Dan akhirnya 8 September 2013, nama kami Dvadasa Laksmana Adikara, Laskra! Diserahkan jabatan oleh kakak Dresta, kami lihat mereka penuh haru, di hari terakhirnya dan harus melepas tanggung jawab yang diemban selama setahun itu. Hari-hari pertama menjadi pengurus OSIS sepertinya terasa benar bedanya. Dalam sepekan aku sudah harus pulang hingga waktu Maghrib hingga 3 kali. Dan menjadi pengurus OSIS terasa lebih superior memang dibanding lainnya, dan pembina kami terus mengingatkan sejak awal bahwa kami tidak boleh berbeda dan memisah dari angkatan.
            Kesan pertama terhadap pengurus OSIS adalah menjadi mentor, maka aku juga akan memulai memberikan kesan terhadap adik kelas. Menjadi mentor AKTUAL, cukup mengesankan. Adik kelas cukup interaktif, yang membuat sang kakak kelas ini percaya diri menjadi pengurus OSIS. Ya, ternyata tidak sulit untuk berhadapan dengan adik kelas, dan ternyata memang tinggal dipraktikkan.
Ikut ekskul Pramuka, sesuatu yang kurang maksimal di SD, dan kucoba lagi untuk berpetualang. Jadi sebagai pengurus OSIS-MPK itu wajib memilih antara ekskul Pramuka atau Paskibra, ini mulai di angkatanku. Tentu aku memilih Pramuka, hal wanna be yang pernah kuanggap seru namun belum mendapatkannya itu. Beberapa kali latihan, aku sudah menemukan kembali motivasi yang begitu tinggi dalam ber-Pramuka! Bahkan mendapat hal yang sebelumnya tidak kudapat! Sepertinya ini bisa menjadi wadah baru.
Pramuka berjalan, dengan ekskul lainnya juga, dan mengurus program OSIS pun jalan. Diperbantukan dalam seksi Rohis, tiba-tiba ada sabda pembina OSIS, hal yang tak terduga, tidak tahu apakah pernah terjadi sebelumnya. Namun itu menjadi hal yang lebih berwarna, karena bekerja dengan anak Rohis yang aku cukup akrab, menjadi keasyikan tersendiri. Namun aku tetap bertekad mengutamakan tanggung jawab utamaku: Kesenian. Bukan tidak banyak dan memotivasi, menjadi Kesenian ini. Sehari-hari ada saja yang diurus.
Akhirnya tiba acara besar: ACEX. Acara yang membawaku pertama kali menginjakkan kaki di Labsky, yang membuatku melihat betapa agungnya Labsky, dan kini aku sebagai panitianya. Takdir memang, atau memang sudah seharusnya begitu, dulu ikut ACEX di lomba Math Competition, dan sekarang aku menjadi koordinator Math Competition. Sebagai perindu profesi guru sejak SD, akhirnya aku merasakan serunya mengoreksi soal dan mengurutkannya, di samping seringnya keluar kelas karena berbagai urusan—sesuatu yang sudah mewarnai kelas 8 ini. Sebelum ACEX, kami disatukan dalam Bimensi, sebuah kebersamaan kembali, mungkin pendidikan kepemimpinan dan botak terakhir, haha. Dididik oleh Marinir selama 4 hari, ini sebenarnya adalah salah satu kegiatan yang ditunggu-tunggu. Memang benar, tidak mengecewakan. Mungkin agak berat dengan ketegasan yang lebih tinggi oleh pelatih Marinir yang melebihi kakak OSIS, namun di sini kami bisa merasakan tegas yang tanpa senioritas, dan di sinilah pertama kali ada kegiatan kedisiplinan tanpa diatur kakak kelas. Yak arena juga kami yang sedang menjabat, haha.
Selanjutnya ada ajang besarku sebagai Kesenian dan Teater: Apres, yang tahun ini kami kreasikan menjadi Sky On Stage. Jadilah Apres-SOS menjadi tonggak pergantian. Tahun sebelumnya, aku memainkan peran kecil, dan sekarang al-hamdu lillah bisa menjadi penulis naskah merangkap pemain utama. Aku selalu senang untuk merasakan persiapan menuju pementasan, selalu menjadi suatu yang indah. Dan akhirnya, 10 Mei 2014, kami bermain! Ada hal yang tak terduga, yang mungkin menghambat jalannya pentas, namun itu menambah kebahagiaanku pada malam itu. Dan, Abiyyi kelas 7 yang dulu merasakan dahsyatnya petualangan Labschool ke depan ketika Apres, kini berada dalam puncaknya sebelum semuanya berakhir—soal waktu.

Apres-SOS 2014

            Tak terasa kelas 8 sudah berakhir. Menemukan sahabat dan menjadi orang yang lebih berperan menjadi suatu kelegaan: kisah di Labsky sesuai arah. Kata teman sekelasku tahun kita ini terasa cepat karena banyak kegiatan angkatan, di mana tiap kegiatan itu kita yang menjalankan dan kegiatan demi kegiatan pula tak terasa sudah dimulai lalu selesai. Maka itulah kelas 8. Ditutup dengan Sky On Stage yang dahsyat dan melihat teman mendidik dalam Orientasi Lanjutan.

***

Sahabatku dari Aceh tinggal beberapa pekan di rumahku, bulan Ramadhan hingga Lebaran. Sebelumnya, aku sudah masuk sekolah dulu. Kamis, 10 Juli 2014, suasana Ramadhan sudah masuk beberapa hari dan sekarang mulai pula suasana sekolah, tahun terakhir di SMP. Ini menjadi pekerjaan terakhir kami sebagai OSIS-MPK: mengurus LFSD dan Kalam. Kali ini benar-benar merasakan seperti dua tahun lalu.
Jumat, 11 Juli 2014. Aku menjadi mentor kelompok 1 bersama Zhula. Dia sudah lebih dulu hadir sebelumku, dan akhirnya kami menunggu anak mentor kami. Pertama, ada seorang gadis, terlihat seragam Al-Izhar, melihat papan kelompok 1, melhat ada namanya, dan duduk di depanku. Oh, dia anak mentorku, yang pertama. Dan satu per satu pun anak-anak bertambah, dan setelah semuanya lengkap, kami memulai mentoring. Perkenalan terhadap Labschool dan persiapan menuju LFSD dilakukan.
Hari pertama bagi angkatan 14 itu menjadi satria Labschool berakhir, dan kami kembali pulang untuk menanti hari Senin pertama, benar-benar menjadi kelas 9. Teman-teman yang bukan OSIS-MPK akan lebih cepat memulai pembelajaran di kelas 9. Kami panitia LFSD saling bergantian shift, tiga hari rangkaian berakhir juga. Kemudian saat Kalam kelompok dibagi menjadi laki dan perempuan, jadi hampir kami semua berperan. Kalam lebih intens, aku merasakan benar mentoring, lebih mengenal anak mentor hingga akrab, membimbing mereka menghafalkan tugas yang diberikan.
Hingga akhirnya hari terakhir Kalam. Materi terakhir di pagi hari menjadi penutup, keadaan di mana aku sangat mengantuk. Kami hampir tidak tidur semalaman, yang setelah panjangnya An-Naba saat salat Shubuh, barulah kami pulas. Kembali mengenalkan praktik gerakan 7 Nilai Dasar Labschool, Kalam berakhir. Esok hari menanti, pekan belajar.
Kita semua tahu fokusnya kelas 9 belajar lebih giat. Bahkan Pak Ukim pernah berkata juga bahwa di Labschool itu kelas 7 dan 8 adalah masa digembleng karakter ke-Labschool-an, barulah kelas 9 difokuskan untuk belajar. Namun tidak langsung itu, karena student exchange internasional belum berlangsung. Memang deh Labschool, tak ada hentinya. Ya, aku akan pergi ke Melbourne, Australia, pada awal September. Sebelumnya tim misi budaya lebih dulu berangkat. Sebelumnya lagi, ada yang lebih penting untuk angkatan kami: peresmian nama angkatan. Akhirnya, dengan memakai kaus angkatan, nama angkatan kami yang terpilih adalah Twalverio Viscatra. Setelah itu, kami berdoa bersama untuk kelancaran rangkaian program keluar negeri ini dan setelahnya: tentu saja ujian-ujian.
Oh iya, kami masih pengurus OSIS-MPK. Setelah tugas terakhir selesai, kami harus menyelesaikan jabatan juga. Tak sampai setahun, karena 17 Agustus sudah tak kena libur Lebaran. Sebenarnya tak rela, namun apalah bisa kami? Keikhlasan kini bisa menjadi sikap terbaik seorang pemimpin, yaitu menghasilkan pemimpin yang lebih baik daripada dirinya. Itu semua kami renungkan dalam malam keakraban. Haru tak selesai hingga esok harinya, ketika kami kembali lari, dan menyelesaikan formasi. Bedanya kami yang turun jabatan, sekarang. Dan panji Laskra telah digantikan.
Setelah itu berangkat studex, dan tak terasa selesai. Dua belas hari bersama dua puluh orang dan hostparents menjadi pengalaman tersendiri. Bagiku, ini pengalaman tambahan menilik kehidupan di negara maju. Banyak yang harus bangsa kita lakukan sepertinya, bangsa lain sudah nyaman dalam kehidupan.

Lalu kami melanjutkan hidup sebagai kelas 9 yang penuh belajar untuk menghadapi ujian-ujian. Itulah kelas 9, tahun terakhir yang tiap waktu yang dilewati menjadi berharga, karena ini adalah saat-saat terakhir. Labschool itu penuh kebersamaan, dan kali ini masanya kebersamaan bersama kelas, yang saling membantu mengajari satu sama lain, memiliki tujuan yang sama, menghasilkan yang terbaik untuk sekolah tercinta.
Hingga benar-benar diwisuda, dan kami bukan lagi siswa SMP Labschool Kebayoran. Kutinggalkan gedung itu. Oh, belum.. Kupandang teman-temanku yang masih di lantai itu, lalu aku mulai masuk lift, dan perlahan tertutup. Selesailah wisuda, dan aku keluar dari gedung Plaza Bapindo, tempat kelulusanku. Tak beda ketika pelulusan SD, dari mobil ada air mata mengalir. Lalu apa setelah ini? Oke aku masuk SMA Labsky, yang mungkin tak jauh beda. Namun kisah SMP ini dahsyat.

Aku cinta di Labsky, hingga ‘ku lulus nanti
Aku cinta di Labsky, hingga napas terakhir

Bagaimana SMA? Pada hari ini, Jumat, 11 Mei 2018, aku secara resmi lulus sebagai siswa SMA Labschool Kebayoran. Telah 3 tahun berselang sejak kisah di atas ini. Catatan masa sekolah menengah tahap dua akan menjadi lanjutan: Labschool rasa SMA.

Komentar