Lari Lintas Juang: Kisah Segmental Memaknai Kemerdekaan
“Gue kuat bukan karena kekuatan lahir ini. Kekuatan batin,” ia terus meneruskan langkahnya. Mereka yang didepanku juga tetap melangkah ‘jarang menapak’. Juga di belakangku, dan termasuk diriku. Atau dengan kata lain, kami terus berlari. Jarak yang katanya jauh itu ternyata sebentar lagi berakhir, kami sebentar lagi sampai, kami sebentar lagi dilantik!
***
“Sebentar lagi akan ada... Lalinju. Lari Lintas Juang.”
Nah, ini dia nih. Tipikal, guru Labschool tidak hanya mengajar, sebagaimana Labschool-ku yang tak melulu belajar di kelas. Karena Labschool banyak kegiatan, jadi kalau akan ada kegiatan menjelang macam begini pun guru suka menjelaskan sedikit kepada siswa kelas 7 sebelum mengajar mata pelajarannya.
Kali ini kupikir apa, Lalinju. Sepertinya pernah kulihat di daftar program Labsky, tapi belum kupelajari itu apa. Setelah dijelaskan Bu Dita, ternyata Lalinju itu adalah momen pelantikan pengurus OSIS dan MPK. Oh iya, aku baru ingat. Jadi ada suatu tahap ‘juang’ tertentu untuk dilantik menjadi pengurus OSIS-MPK. Yang jelas kali ini aku tak akan berpartisipasi. Partisipasi lari, maksudnya. Sebab semua siswa yang tak lari pun hadir ke sekolah, untuk upacara dan menyambut para pejuang yang akan dilantik ini. Tentu ramai, dan tentu kami datang.
Semua siswa memakai seragam putih biru, dan putih abu-abu untuk SMA. Kami berbaris, dan melaksanakan upacara bendera. Normal seperti biasa (walaupun Labsky tak rutin tiap Senin upacara bendera). Tak lama kemudian, ada aba-aba untuk keluar gedung dan memenuhi jalanan. Sebagian orang langsung bergegas. Tak tahu ada apa, ternyata para pelari juang akan sampai di sekolah, dan orang-orang beramai-ramai memenuhi Jl. K.H. Ahmad Dahlan dan menyambut dengan segala macam kemeriahan. Untuk sesaat, jalan depan sekolah kami diblok. Begitu ramainya, dan begitu panjangnya konvoi pelari juang ini. Hampir belum ada yang kukenal karena kebanyakan kakak kelas, dari angkatan kami hanya beberapa, MPK dari kelas 7.
Setelah penyambutan di jalan, seremoni berikutnya yang ditunggu-tunggu adalah prosesi pelantikan—yang tidak sekadar pelantikan. Ada formasi di lapangan, pelepasan jas terturun (yang turun jabatan) dan pemakaian jas penaik (yang naik jabatan), pembacaan SK, dan formasi kembali. Diurut dari MPK, lalu OSIS. Dari terturun, kemudian penaik. Semua seremoni ini seakan merupakan hal yang begitu sakral, kami tak ingin melewatkannya. Sepertinya orang-orang yang berlari dan berformasi di tengah sana sangat hebat. Dan kami yang menonton memenuhi setiap sudut dari lantai bawah sampai lantai 3 untuk mendapat tempat melihat kerennya prosesi di tengah lapangan. Aku belum merasakan, baru menonton. Hari Minggu, 9 September 2012, Hari Olahraga Nasional, pelantikan Kakak Angkatan 11 (hari itu belum kutahu nama OSIS-MPK-nya, baru esoknya à Dresta), usainya Kakak Dasa.
Lalinju 2013
Capsis dan Cap MPK angkatan 12 telah melewati berbagai proses untuk ditempa menjadi Pengurus OSIS dan MPK yang baik. Kami telah mengikuti seleksi Orientasi, Pra-OL, Orientasi Lanjutan, dan memakai rompi Capsis dan Cap MPK. Hampir tiap hari berkumpul juga untuk menguatkan satu sama lain. Dan.. Akhirnya, kami akan ber-Lalinju!
“Besok berkumpul di gedung Kemenpora jam 4, ya! Jangan ada yang telat.”
Tentu tak ada yang berani terlambat. Sepanjang penempaan menjadi pengurus OSIS-MPK itu kami dididik cukup keras oleh senior dan dilatih untuk sangat disiplin, apalagi soal waktu. Dan rasa-rasanya masih ada hingga beberapa hari menjelang Lalinju, namun katanya-katanya sih pada hari Lalinju tentu tak ada galak-galakan lagi, deh. Oke, akhirnya kami datang ke Kemenpora, dan salat Shubuh berjemaah. Badan masih segar, untuk memulai hari yang akan berlari juang. Kakak Dresta pun sudah ada di tempat.
Lalinju 2014
Jelang libur Lebaran berakhir, kami sudah lebih dahulu datang ke sekolah. Latihan lari, karena Lalinju tak sampai dua pekan lagi. Sampai hari itu pun hampir tiap hari badan harus bergerak lebih banyak, dan sekolah harus ramai lebih pagi serta masih ramai lewat sore. Semua itu diperankan oleh orang-orang yang akan turun jabatan dan naik.
Sore hari, 16 Agustus 2014. Laskra disuruh berkumpul sore hari. Jelang Maghrib, teman-teman pun mulai meramaikan plaza, bincang demi kata pun terdengar, riuh saja. Ketika pemimpin dan pembina kami berdiri di depan, kami langsung berkerumun, duduk memperhatikan. Mungkin ini sore terakhir.
“Terakhir kali mau beli makan sama-sama, gak?”
“Ayoo...” Kami berpatungan, menghadapi lapar sore. Sambil menunggu, foto-foto pun menjadi pilihan. Pakaian putih menjadi dresscode makrab kami, kompak jadi bagus difoto. Sehabis matahari terlihat makin turun, kami menuju ke masjid untuk salat berjemaah. Masih ada waktu untuk makan dan lanjut salat Isya. Kemudian aktivitas kembali dilanjutkan di plaza. Pak Cep memegang lilin dan kami berbaris untuk mengambilnya, sekaligus langsung berjalan ke atas, menuju aula lantai 4.
Suasana makin gelap. Selain makin malam, lampu pun tak menjadi penerang. Rasa terbawa keadaan, apalagi saat akan memasuki aula. Kami berurut sesuai jabatan. Satu per satu bidang masuk, dan ruangan aula lantai 4 yang gelap itu makin bertambah cahaya lilinnya. Sampai semua masuk, pintu ditutup. Telah terdengar beberapa isak tangis.
Lalinju 2016
Masa SMA kuputuskan tidak bergabung dengan pengurus OSIS-MPK. Ketika menjelang Lalinju kali ini, tanggung jawabku sudah terpatri pada Pramuka (Ambalan dan DKR) dan Rohis. Palabsky jadi zona lain namun tetap nyamanku. Sekalian, supaya tetap dapat jatah Lalinju, wuahaha.. Gak deng.
Ternyata untuk peserta Lalinju SMA, seluruh peserta menginap di sekolah. Berbeda dengan SMP yang Capsis dan Cap-MPK langsung berkumpul di Kemenpora paginya. Dan juga, kontingen SMA memulai lari dari TPU Kalibata.
Komentar
Posting Komentar