Cerita Wayang: Wayang Purwa
Wayang Purwa merupakan
bagian awal dari semesta pewayangan. Ketika semuanya baru muncul ke dunia,
tokoh-tokoh yang akan mengambil bagian penting dalam kisah-kisah selanjutnya.
***
Saat itu, negeri para
Dewata, Kahyangan Suralaya, masih dipimpin oleh Sanghyang Tunggal, cucu
Sanghyang Nurcahya. Ia mempunyai 2 istri bernama Dewi Wirandi dan Dewi
Dharmani. Dari Dewi Wirandi, ia mendapatkan keturunan dengan cara yang unik.
Istrinya itu melahirkan sebutir telur. Sanghyang Tunggal merasa tidak puas.
Lalu, ia memohon kepada ayahnya, Sanghyang Wenang untuk mengubah telur tersebut
menjadi manusia.
Maka, atas kemurahan
hati Sanghyang Wenang, dari sebutir telur itu diciptakanlah tiga orang bayi.
Dari kulit telur, terbentuklah bayi, yang diberi nama Puguh atau Antaga.
Sedangkan dari putih telur, bayinya diberi nama Ismaya. Terakhir,yang dianggap
paling muda, yaitu berasal dari kuning telur, diberi nama Manikmaya. Sanghyang
Tunggal mengucapkan terimakasih atas kebaikan ayahnya itu. Lalu, Sanghyang
Wenang kembali ke kahyangannya, yang bernama Kahyangan Awang-Awang.
Suatu hari, Sanghyang
Tunggal merasa bahwa kekuasaannya sudah waktunya diserahkan kepada anaknya.
Namun, ia masih bingung, siapa yang akan dinobatkan, karena ketiganya lahir
pada saat yang sama. Akhirnya, dipanggilah ketiga anaknya ke hadapannya untuk
merundingkan masalah tersebut.
“Ada apa Rama
memanggil kami bertiga?“
“Begini, Ngger. Aku
ini sudah semakin tua. Sudah saatnya kekuasaan kuwariskan kepada kalian. Namun,
hatiku masih ragu, siapa yang akan dijadikan penguasa seluruh jagat raya ini?“
Suasana hening sejenak. Ketiga putra Sanghyang Tunggal itu sedang memikirkan
apakah dirinya yang pantas menjadi pengganti takhta ayahnya.
Tiba-tiba, Antaga maju
berbicara, “Ramanda, bila Ramanda tidak bisa memilih diantara kami bertiga
untuk dijadikan raja, maka saya sanggup menjalankan tugas ini, karena saya pun
yang tertua diantara kami,”
“Hmm, baiklah, bila
memang kau sanggup menjalaninya, aku akan menobatkan engkau…”
“Maaf, Ramanda, saya
memotong, tetapi bukankah kami dilahirkan pada saat yang sama. Maka tidak bisa
memilih Antaga dengan alasan yang tertua, karena tak ada yang tertua di antara
kami.”
“Tetapi bagaimanapun
juga, akulah yang tertua, karena aku tercipta dari kulit telur.”
“Jangan begitu,
Antaga. Saudaramu juga menginginkan takhta itu. Jangan egois.”
“Wahai anakku,
ingatlah, kalian sedang berhadapan dengan ayahmu. Janganlah kalian bertengkar
di sini. Lebih baik keluar saja kalau ingin bertengkar.”
“Ayo, Antaga, kita selesaikan
di luar,” Ismaya mengajak Antaga keluar. Keduanya memang keras kepala.
Sedangkan Manikmaya hanya duduk termenung. Ia tak andil dalam perdebatan,
hanya menunggu keputusan ayahnya.
“Nanti beri tahu
hasilnya ya,” Sebenarnya, Sanghyang Tunggal telah mencium gelagat tidak baik
dari pertengkaran kedua anaknya itu. Namun, memang telah menjadi suratan
Dewata, hal tersebut akan terjadi, maka ia membiarkan saja.
Sementara itu,
ketegangan antara Antaga dan Ismaya semakin memanas. Akhirnya, tak dielakkan
lagi, terjadilah pertempuran hebat. Ternyata, keduanya sama saktinya.
Akhirnya Sanghyang
Tunggal mewariskan Kerajaan Suralaya kepada Manikmaya. Karena Manikmaya
menguasai seluruh jagat raya, maka ia diberi nama Sanghyang Jagatnata. Karena
ia berkuasa menghukum segala kejahatan, maka ia diberi nama Sanghyang Otipati
dan Sanghyang Pramesti. Karena ia bersemayam di Tengguru, maka diberi nama
Batara Guru. Karena keelokannya, ia diberi nama Batara Samba. Manikmaya juga
diberi Tombak Kalamita, pusaka Trangganaweni, Aji Kawrastawan (untuk mengetahui
peristiwa yang gelap), Aji Kemajan (untuk melemahkan musuhnya).
Sekarang giliran
Antaga. Nama Antaga diganti menjadi Togog Wijomantri. Dia diberi tugas untuk
mengawasi dan menghalangi orang-orang yang bermaksud mendurhakai keturunan
dewa. Untuk Ismaya, namanya diganti menjadi Semar.Ia diberi tugas untuk
mengasuh orang-orang yang benar-benar keturunan dewa. Lalu, Sanghyang Tunggal
beserta kedua istrinya pergi.
Namun, saat Manikmaya
menguasai Suralaya, dia menjadi sombong. Dia merasa paling sempurna dan tidak
ada cacat. Maka Sanghyang Tunggal datang untuk member peringatan dan hukuman.
Manikmaya disabda menjadi cacat pada beberapa bagian tubuhnya.Lehernya akan
berwarna biru, sehingga mendapat sebutan Sanghyang Nilakanta. Ia akan bertaring
sebesar buah Randu maka disebut Randuwana. Tangannya akan menjad 4 buah
sehingga disebut Sanghyang Siwaboja atau Batara Siwa, dan kakinya akan menjadi
kecil maka mendapat sebutan Lengin. Hukuman itu akan terjadi berturut-turut.
Pada suatu hari
datanglah balantentara raksasa yang dipimpin oleh Prabu Kala Mercu ke Suralaya.
Mereka ingin mengalahkan kekuasaan Sanghyang Jagatnata. Di depan pintu
Selamatangkep mereka mendapat perlawanan dari Togog dan Semar. Tetapi pasukan
raksasa tetap gigih melawannya. Akhirnya Sanghyang Jagatnata turun tangan. Ia
melawan Prabu Kalamercu. Sanghyang Jagatnata telah berkali-kali dapat memukul
Kalamercu. Tetapi, Kalamercu sangat tangguh, sampai dapat mendesak Sanghyang
Jagatnata ke tepi jurang. Kalamercu dapat memukul Sanghyang Jagatnata sehingga
kakinya terjepit dan menjadi kecil. Akhirnya, Sanghyang Jagatnata menggunakan
Aji Kemajan. Prabu Kalamercu menjadi lemas. Balatentaranya menjadi bunga-bunga
yang bertaburan sampai menuju Endut Balagadama (tempat menghukum orang-orang
durhaka). Kalamercu minta ampun. Ia akan menyerahkan sebuah singgasana kepada
Sanghyang Jagatnata.
Tersebutlah terdapat
sebuah negara bernama Dahulagiri. Yang menjadi raja bernama Patanam. Ia
mempunyai 3 orang anak, masing-masing bernama Cingkarabala, Balaupata, dan yang
terakhir berwujud lembu bernama Lembu Andana. Mereka ditugaskan ayahnya untuk
melawan kekuasaan Sanghyang Jagatnata di Suralaya. Taklamamereka telah sampai
di Suralaya. Sanghyang Jagatnata telah mengetahui kedatangan tiga bersaudara
itu. Lalu ia bersama Togog dan Semar melawan ketiga bersaudara itu. Sanghyang
Jagatnata menggunakan Aji Kemajan sehingga ketiga musuhnya langsung tidak
berdaya. Setelah itu mereka diampuni. Cingkarabala dan Balaupata diangkat
menjadi penjaga pintu Selamatangkep. Lembu Andana diganti namanya menjadi Lembu
Andini dan menjadi kendaraan Sanghyang Jagatnata.
Ada sebuah negara
bernama Sidhi Udhal-Udhal.Yang berkuasa di sana adalah Batara Dharmajaya. Ia
mempunyai putra bernama Batara Kanekaputera, yang gemar berjenaka disamping
mempertajam ilmu. Pada suatu ketika ia jadi penasaran tentang Sanghyang
Pramesti. Ia berterus terang kepada ayahnya untuk mengalahkan Sanghyang
Pramesti. Lalu ia pun pergi bertapa di atas samudera sambil menggenggam Cupu Linggamanik.
Peristiwa itu telah
menimbulkan gemparan di Suralaya, maka Batara Guru ingin menyelidikinya.
Sesampainya di samudera, ia bertanya kepada Batara Kanekaputera, “Wahai
ksatria, apa maksudmu bertapa dengan cara begini?” Tetapi, Batara Kanekaputera
diam saja. “Mengapa kau diam saja, padahal akibat tapamu ini menimbulkan
huru-hara di Suralaya.” Karena tidak memperoleh jawaban, maka ia pergi begitu
saja. Maka, Batara Guru meninggalkan Batara Kanekaputera.
“Eee, mengapa perbuatan
seorang dewa kok begitu?“ tiba-tiba Batara Kanekaputera menyahut. “Baru begitu
saja sudah jengkel, seharusnya seorang dewa itu sabar menghadapi setiap
cobaan.“
Maka Sanghyang
Jagatnata berbalik, “Apa maksudmu bertapa?“
“Aku mau
menguasai seluruh alam melebihi Panjenengan.“
“Cita-citamu tak
mungkin terlaksana.”
“Apa sebabnya? Aku
dianugerahi kecerdasan yang tinggi, aku siap diadu dengan Panjenengan.”
Kemudian terjadilah
tanya jawab antara Sanghyang Jagatnata dengan Batara Kanekaputera. Ternyata
Batara Kanekaputera sangat cerdas dalam menjawab pertanyaan. Akhirnya Batara
Guru menyerah, “Baiklah, saya akui sampeyan lebih pintar dariku, dan saya
anggap usia sampean lebih tua dariku. Mulai sekarang saya akan memanggil sampeyan
Kanda, asal sampeyan bersedia menghentikan tapamu itu.“
“Saya tidak akan
menghentikan tapaku ini jika cita-citaku belum kesampaian.” Karena sudah tidak
sabar, Batara Guru mengeluarkan Aji Kemajan. Tubuh Batara Kanekaputera mendadak
lemas. “Ampun, Pukulun. Sekarang saya bersedia mengabdi kepada Pukulun.” Maka
dibawalah Batara Kanekaputera ke Suralaya dan dijadikan penasihat Suralaya.
Suatu ketika Batara Guru memberinya sebuah tugas, tetapi tugas itu
dilaksanakannya dengan berjenaka. Rupanya Batara Guru kurang senang dengan
sikap Batara Kanekaputera tersebut. “Kanda, supaya lebih cocok dengan sifatmu,
lebih baik kuubah sedikit muka Kanda.” Ajaib, pada saat itu juga, muka Batara
Kanekaputera berubah menjadi tampang seorang pelawak. “Yayi, mengapa jadi
begini?”
“Tidak usah mengeluh,
nama Kanda pun saya ganti dengan Batara Narada.” Sejak saat itu, Batara
Kanekaputera dipanggil Batara Narada.
Alkisah, di tepi
samudera yang luas, hidup seorang pedagang bernama Umaran. Ia baru saja
mendapat kabar gembira bahwa bayi perempuannya lahir. Namun, kegembiraan itu
segera pudar. Karena bayi itu lenyap menjadi seberkas cahaya. Suatu ketika bayi
tersebut muncul, namun saat hendak ditangkap, bayi itu lenyap kembali. Bayi itu
dikejarnya sampai Jonggring Saloka. Bayi itu terlihat oleh Batara Narada,
lantas diadukan kepada Batara Guru. Pada saat yang sama, Saudagar Umaran dan
Dewi Nurweni telah sampai di Jonggring Saloka, meminta bantuan kepada Batara
Guru untuk menangkapnya.
Secepat kilat Batara
Guru menaiki Lembu Andini dan terbang mengejar bayi tersebut. Bayi itu tidak
terlalu terlihat jelas. Kadang samar-samar, seperti seberkas cahaya, kadang
pula terlihat jelas. Batara Guru kesal, suatu ketika bayi itu tertangkap, lepas
kembali. Seperti tidak berwujud. Ia turun dari Lembu Andini agar dapat leluasa
mengejarnya. Walaupun selalu gagal dan terlepas, Batara Guru tidak putus asa.
Sampai suatu saat bayi itu tertangkap lagi. Seperti yang telah terjadi, bayi
itu lepas kembali. Kali ini, selepas tangan Batara Guru bayi itu berubah
menjadi seorang wanita dewasa yang cantik jelita, belum pula berpakaian. Saat
itulah, hukuman kedua Batar Guru berjalan. Tangannya menjadi empat buah, dan
mulai sekarang disebut Sanghyang Siwaboja atau Batara Siwa. Keinginan Batara
Siwa untuk memburunya semakin menyala. Dia dengan cepat mengejar kembali wanita
itu dan pada suatu kesempatan dia tertangkap. Batara Siwa menggunakan Aji
Kemajan, dan wanita itu tak berkutik lagi. Maka wanita itu dibawa menaiki Lembu
Andini.
Si wanita dibawa ke
hadapan Saudagar Umaran dan Dewi Nurweni. Mereka terkejut, kini bayinya telah
tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik. “Kau kuberi nama Dewi Umayi,” tekas Saudagar
Umaran.
“Kami mengucapkan
terima kasih, Pukulun. Sepertinya telah menjadi takdir bahwa Sanghyang akan
menjadi suami dari anak kami. Kami telah ikhlas atas yang telah digariskan,
atas rasa terima kasih kami,” lanjut Saudagar Umaran. Maka kemudian diadakanlah
suatu pesta pernikahan yang sangat meriah, karena yang menikah ini adalah
penguasa Kahyangan, yang sedang turun ke Marcapada. Setelah rangkaian acara
selesai, Batara Siwa kembali ke Kahyangan Suralaya, mohon pamit kepada
mertuanya.
Menjelang satu tahun,
Batari Umayi kini telah berbadan dua. Batara Siwa sangat menunggu kehadiran
anak pertamanya. Setelah sembilan bulan, lahirnya bayi laki-laki yang kemudian
diberi nama Sambu. Sambu diasuh oleh Togog sejak kecil. Setelah agak besar,
ternyata Sambu mempunyai keinginan keras.
Kini kira-kira usia
Sambu 3 tahun. Batari Umayi telah berbadan dua lagi. Batara Siwa sangat
bahagia. Ia akan mendapat putra yang kedua. Seperti umumnya ibu hamil, setelah
Sembilan bulan, ia kembali melahirkan. Ternyata laki-laki lagi. Lantas oleh
Batara Guru diberi nama Brahma. Kini, Sambu punya teman bermain. Namun, Togog
jadi tambah berat pekerjaannya, karena kini harus megasuh dua balita. Brahma
mempunyai watak yang berani. Kelak, ia akan menjadi dewa api.
Beberapa tahun
kemudian, Batari Umayi telah berbadan dua untuk yang ketiga kalinya. Setelah
lahir kembali, diberi nama Indra oleh sang ayah. Setelah agak besar, ternyata
Indra merupakan penggemar kebudayaan.
Ternyata, Batari Umayi
hamil lagi untuk yang keempat kalinya. Pada saat bayi keempat itu dilahirkan,
angin kencang berhembus di Jonggringsaloka. Maka dari itu, Batara Guru
menamainya Bayu. Bayu mempunyai kekuatan yang sangat hebat. Di kemudian hari,
ia akan menjadi dewa angin.
Putra kelima Batara
Guru dengan Batari Umayi lahir pada saat sang ayah sedang merenungkan antara
yang baik dengan yang buruk. Lalu, bayi kelima itu diberi nama Wisnu. Wisnu
merupakan putra yang paling mulia diantara putra Batara Guru lainnya. Telah
menjadi tugas Togog dan Semar untuk menjaga dan merawat putra Batara Guru,
sesuai pesan ayahnya, Sanghyang Tunggal. Di kemudian hari, saat puta-pura
Batara Guru telah menurunkan keturunan, Togog dan Semar akan turun ke
dunia untuk mengasuh keturunannya. Bedanya, kalau Semar ditugaskan mengasuh
setiap titisan Wisnu. Telah kita ketahui bahwa Batara Wisnu di setiap zaman
akan selalu menitis untuk membasmi angkara murka. Selama hidupnya, Batara Wisnu
akan menitis sebanyak sepuluh kali. Dalam perjalanannya kelak, Semar bertemu
dengan Dewi Kanastren, lalu menikah. Dari pernikahan itu, muncullah tokoh-tokoh
penting dalam cerita pewayangan. Contohnya Batara Surya (dewa matahari), Batara
Kamajaya (dewa kecantikan), dan Batara Kuwera.
Lain halnya dengan
Togog. Ia ditugaskan untuk memperigatkan para keturunan dewa yang berbuat
angkara murka, yang biasanya dimiliki oleh para raksasa. Namun, tak jarang
Togog malah mengabdi kepada setiap raja yang durhaka, bukan memperingatkan.
Karena para raja tersebut tak bisa diperingatkan, malah Togog yang terpengaruh.
***
Itulah
ketiga putra Sanghyang Tunggal penguasa Kahyangan, yang kini telah mewariskan
kepengurusan jagat raya kepada anak-anaknya. Sanghyang Jagatnata atau Batara
Guru, atau Batara Siwa, akan memegang peranan penting dalam tiap kisah
pewayangan, atas segala hal yang terjadi di Marcapada. Ditemani sahabat
setianya, Batara Narada, dan kini telah memiliki putra-putra yang akan mengatur
setiap aspek dari kehidupan. Juga saudaranya, Togog Wijomantri dan Semar
Badranaya, yang lebih sering turun langsung ke Marcapada, yang punya peran
masing-masing dalam kehidupan pewayangan. Sedangkan kisah Wayang Purwa ini
masih sebagian, yang masih akan berlanjut, sebagai perkenalan kisah awal
semesta pewayangan.
ada tidak lanjutan ceritanya ? kalau ada yang mana ya ?
BalasHapusMaaf, masih diproses, pelanjutan akan ditambahkan bertahap.
Hapus