Cerita Rakyat: Pak Lebai yang Malang



Alkisah, di suatu tepian sungai di Sumatera Barat, hiduplah seorang guru agama. Ia dikenal dengan nama Pak Lebai. Hampir seluruh penduduk di sekitar sana mengenal Pak Lebai, karena ia sering mengajarkan agama kepada anak-anak di sana.
Suatu hari, ia mendapat surat undangan dari salah satu tetangganya di hulu sungai. Ia diundang untuk menghadiri acara resepsi pernikahan anaknya esok hari. Mereka akan menghidangkan dua kepala kerbau untuk konsumsi. Pak Lebai sudah tidak sabar ingin menghadiri acara tersebut.
Tiba-tiba, seorang tetangganya dari hilir sungai datang menghampiri Pak Lebai. Ia menyampaikan undangan kepada Pak Lebai. Setelah mengantarkan surat, tetangga Pak Lebai itu lantas pergi. Lalu, Pak Lebai membuka suratnya. Isinya adalah undangan acara resesi pernikahan pula. Yang menikah adalah salah seorang muridnya. Ia kenal baik dengannya. Namun, di acara tersebut hanya menyajikan satu ekor kerbau.
Pak Lebai bingung untuk memilih acara mana yang hendak didatanginya. Karena, ternyata kedua acara tersebut bersamaan waktunya. Kalau ia mendatangi acara di hulu sungai, ia akan mendapat dua kepala kerbau. Namun, ia tak begitu kenal dengan pemilik hajatnya. Lagipula, ia pernah mendapat kabar bahwa makanan di sana kurang begitu enak.
Jika ia mendatangi acara di hilir sungai, ia hanya akan mendapat satu kepala kerbau. Namun, yang didatanginya itu adalah muridnya. Ia merasa tidak enak jika tidak datang. Makanan di sana katanya juga enak dan sedap rasanya. Setelah terlalu lama berpikir, ia akhirnya memutuskan untuk memutuskan acara yang akan didatanginya esok hari.
Esok harinya, Pak Lebai telah memakai baju rapi dan sopan untuk menghadiri acara pernikahan. Namun, ia belum memutuskan acara yang akan didatanginya. Sambil berpikir, ia menaiki sampannya. Ia memikirkan dua kepala kerbau yang akan disantapnya jika ia pergi ke hulu. Akhirnya, dia memutuskan untuk pergi ke hulu.
Di tengah jalan, ia teringat kabar bahwa ia tak terlalu akrab dengan pemilik hajatnya. Ia merasa harus pergi ke resepsi pernikahan muridnya. Ditambah pikiran bahwa makanan di hilir jauh lebih enak, walaupun hanya mendapat satu kepala kerbau. Akhirnya, ia memutar haluan sampannya ke arah hilir.
Dalam perjalanannya menuju hilir sungai, ia berpapasan dengan salah satu tetangganya. “Hendak menuju ke manakah engkau, tetanggaku?”
 “Aku baru saja mampir di acara pernikahan di hilir sungai. Ternyata, kerbau yang disembelih di sana kurus.” Lalu si tetangga segera meninggalkan Pak Lebai. Ia tak ingin ketinggalan acara di hulu sungai.
Pak Lebai berpikir sekali lagi. Perutnya sudah mulai keroncongan. Lalu, dia membulatkan tekadnya untuk pergi ke hulu sungai. Ia kembali memutar arah sampannya. Ia mengikuti tetangganya yang juga hendak pergi ke hulu.
Beberapa saat kemudian, sampailah Pak Lebai di acara pernikahan di hulu sungai. Namun, betapa herannya ia ketika melihat keadaan di sana sepi oleh pengunjung. Lalu masuklah ia ke dalam. Ternyata,semua makanan telah habis disantap oleh pengunjung. Acara pernikahan tersebut sudah selesai.
Begitu kecewanya Pak Lebai. Lalu, ia kembali menaiki sampannya dan mendayung sampannya ke hilir. Ia berharap masih mendapatkan kerbau kurus tetapi lezat rasanya tersebut. Ia mendayung sampannya dengan cepat. Namun, betapa kecewanya Pak Lebai setelah melihat di tempat acara telah kosong dengan pengunjung. Makanan yang katanya lezat sudah habis semua.
Akhirnya, ia kembali pulang ke rumah. Perutnya terasa sangat lapar karena belum makan. Ia memutuskan untuk memancing. Ia membawa bekal sebungkus nasi sebagai teman makan ikan.
Kemudian, ia mendayung sampannya ke tengah sungai. Ia memasang umpan, lalu melemparkan kailnya ke dalam sungai. Setelah beberapa lama, belum juga ada pergerakan dari kail yang ia pegang. Lalu, ia mencoba menarik kail tersebut. Ternyata, kail tersebut tidak dapat ditarik. Ia menyangka bahwa kailnya tersangkut di sebongkah batu. Untuk memastikan, ia terjun ke dalam sungai.
Ternyata benar bahwa kailnya tersangkut oleh bebatuan. Dengan susah payah ia keluarkan kailnya dari batu tersebut. Tiba-tiba, ia melihat ada ikan besar di dekatnya. Ia mencoba menangkap ikan tersebut. Ikan tersebut tertangkap oleh genggaman tangannya. Namun, ikan tersebut tak mau menyerah. Ikan tersebut terus meronta-ronta. Akhirnya, ikan tersebut lepas dari tangan Pak Lebai. Karena hari sudah menjelang petang. Keadaan di bawah sungai sudah mulai tidak kelihatan. Pak Lebai naik ke darat. Betapa terkejutnya ketika melihat bungkus nasinya telah hancur berantakan sedang dimakan anjing. Ia lalu mengusir anjing tersebut.
Hari itu, ia tak bisa makan apapun. Sungguh malangnya Pak Lebai. Oleh sebab itu, ia dijuluki Pak Lebai Malang.

Komentar