Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2013

Cerita Rakyat: Legenda Desa Lateng, Gladhak, dan Tusukan

Pada suatu zaman di Kerajaan Macan Putih ketika Prabu Tawangalun berkuasa di sana, hidup dua orang kakak beradik. Mereka masing-masing bernama Agung Sulung dan Sulung Agung. Keduanya adalah guru yang sangat dihormati di kerajaan tersebut, karena mereka mengajar para putra raja. Seiring berjalannya waktu, usia Prabu Tawangalun semakin tua. Maka dari itu, takhta kerajaan ia serahkan kepada putra sulungnya. Tak berapa lama setelah itu, Prabu Tawangalun wafat. Sejak itu, kerajaan lambat laun kerajaan semakin tidak terkendali. Karena sang pemimpin baru ini hanya bersenang-senang dan mabuk-mabukan saja sepanjang hari, tidak pernah memikirkan nasib rakyatnya. Agung Sulung dan Sulung Agung malu dan sedih, karena mereka menganggap mereka tidak bisa mendidik putra raja dengan baik. Oleh karena itu, keduanya bertekad untuk meninggalkan istana dan mengembara. Mereka yang biasanya selalu hidup bersama dalam satu atap, memilih berpisah dan melanjutkan hidup sendiri-sendiri. Agung Sulung pergi

Cerita Rakyat: Lutung Kasarung

Alkisah, hiduplah seorang raja bernama Prabu Tapa Agung. Ia mempunyai dua orang putri, bernama Purbararang dan Purbasari. Kini, dirinya telah dapat dikatakan lanjut usia untuk seorang raja. Maka dari itu, ia berniat untuk mewariskan takhta kepada salah seorang putrinya. Dia memilih Purbasari utnuk dijadikan ratu, bukan Purbararang yang lebih tua. Mendengar pernyataan ayahnya, Purbararang tidak terima. “Mengapa Ayahanda memilih Purbasari untuk dijadikan ratu? Seharusnya aku yang lebih berhak, karena aku yang lebih tua, Ayah!” “Permintaanmu itu tak bisa kuwujudkan. Aku akan tetap memilih Purbasari,” Sungguh kecewa hati Purbararang. Lalu, ia merencanakan ide jahat. Ia memanggil tunangannya, Indrajaya. “Kanda Indrajaya, Ayah tetap bersikeras untuk mewariskan takhta kepada Purbasari. Sedangkan, aku yang lebih tua. Seharusnya aku yang menduduki takhta kerajaan selanjutnya,” “Lalu, apa yang dipermasalahkan, Adinda?” “Aku mau agar Purbasari tidak dijadikan ratu. Aku minta saranmu,”

Cerita Rakyat: Joko Kendil dan Si Gundul

Dikisahkan, di sebuah desa di kota Yogyakarta, hidup seorang anak bernama Joko Kendil. Ia bertubuh bulat dan pendek, seperti periuk, makanya disebut Joko Kendil. Karena bentuk tubuhnya itu, ia sering diejek oleh masyarakat sekitar. Ia tak punya teman. Tak ada anak lain yang mau bermain dengannya. Hanya ibunya yang dengan setia selalu mendampinginya. Sehari-harinya selalu didampingi ibunya. Namun, ternyata ada orang lain di kampung yang sama yang bernasib tak jauh beda dengan Joko Kendil. Ia bernama si Gundul. Sesuai namanya, ia berperawakan gundul, kurus, dan tinggi. Si Gundul mempunyai banyak keahlian, diantaranya membuat laying-layang dan memanah. Namun, karena gundulmya itu, ia juga sering dicemooh warga kampong tempat tinggalnya. Dua orang bernasib sama, tak punya teman, Joko Kendil dan si Gundul. Suatu hari mereka bertemu. Keduanya tidak saling mengejek ataupun mencemooh, melainkan mereka menjadi akrab. Lambat laun, mereka menjadi teman karib. Akhirnya, sejak hari itu, mere